Kamu pernah ketinggalan kereta? Atau mungkin pernah tertinggal rombongan karena asyik sendiri? Huhu.
Bicara soal ketinggalan dan tertinggal, aku lalu teringat satu kata dalam Bahasa Jawa yang pelafalannya nyerempet tertinggal dan menurutku lumayan membingungkan. Kata itu adalah enggal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Jawa Indonesia, enggal sendiri memiliki tiga makna yang sangat berjauhan, yaitu:
- Cekatan, segera, menyegerakan sesuatu,
- Baru, dan
- Setiap.
Sedangkan menurut Pepak Basa Jawa, kata enggal merupakan kata ganti dalam tingkatan linguistik Bahasa Jawa dan masuk dalam kategori Bahasa Krama.
Penggunaannya pun juga tidak boleh sembarangan. Salah-salah, lawan bicara nggak bisa memahami maksud yang hendak kita utarakan lho. Belum lagi kalau tingkatan linguistik Bahasa Jawa yang kita gunakan berbeda, otomatis kata enggal berubah menjadi kata ganti lain yang sangat jauh.
Ditambah lagi, bila kalimat yang mengiringi kata enggal mengacu pada objek tertentu, maka tingkat membingungkannya naik ke level hard. Tapi, meski begitu nggak sulit kok untuk membedakannya. Yuk kita bahas!
1. Untuk yang bermakna cekatan, segera, dan menyegerakan sesuatu.
Penggunaan kata enggal di sini merujuk pada sebuah pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Bila berbicara dengan linguistik Krama Inggil, maka kita bisa mengambil contoh pada kalimat:
- Mugi enggal saras kaliyan sehat nggih. (Semoga segera sembuh dan sehat ya.)
Sedangkan untuk linguistik Bahasa Ngoko, wujudnya berubah menjadi gelis dan ndang. Seperti kalimat:
- Supaya ndang rampung, kerja bakti iki kudu bareng-bareng dilakoni. (Supaya segera selesai, kerja bakti ini harus sama-sama dikerjakan.) atau:
- Supaya gelis rampung, kerja bakti iki kudu bareng-bareng dilakoni.
2. Untuk yang bermakna baru.
Penggunaan kata Enggal di sini merujuk pada segala hal yang baru. Untuk linguistik Bahasa Krama, contohnya seperti:
- Agemanipun Simbah enggal niki, rupinipun klawu. (Pakaian nenek/kakek baru ini, warnanya abu-abu.)
Sedangkan dalam linguistik Bahasa Ngoko, wujudnya berubah menjadi anyar. Contohnya seperti:
- Sepatuku anyar lho, lagi tuku wingi. (Sepatuku baru lho, baru beli kemarin.)
3. Untuk yang bermakna setiap.
Penggunaan kata enggak di sini menunjukkan suatu kebiasaan. Dalam linguistik Bahasa Krama, contohnya seperti:
- Enggal dinten Selasa, Simbah mundhut arta pensiunan wonten kantor pos. (Setiap hari Selasa, nenek/kakek mengambil uang pensiunan di kantor pos.)
Sedangkan dalam linguistik Bahasa Ngoko, wujudnya berubah menjadi saben. Contohnya seperti:
- Saben dina Rabu, mesthi ana pelajaran kimia. (Setiap hari Rabu, selalu ada pelajaran kimia.)
Jadi, beda tingkat linguistik bahasa dan objek yang dimaksud, makna dan perubahan katanya juga jauh. So, menurutmu gimana? Nggak susah kan buat membedakannya?
Baca Juga
-
Moringa Oleifera: Suara Alam dalam Intrik Mistik dan Gema Reboisasi
-
Mengompos: Healing Buat Manusia Yang Patah Hati, Healing Buat Bumi
-
Bancakan Pitulasan: Tradisi Unik Ramaikan HUT RI yang Menyatukan Perbedaan
-
Ulasan Novel Lewat Tengah Malam: Teror dan Misteri dari dalam Kulkas Bekas
-
Luka dan Tangis Pengampunan dalam Cerpen Mengarungi Samudra Kehidupan
Artikel Terkait
Lifestyle
-
Fashion Goals! 4 Style Modern Asa BABYMONSTER yang Bisa Jadi Inspirasimu
-
5 Clay Mask Charcoal untuk Bersihkan Pori-Pori Wajah, Ampuh Angkat Komedo!
-
Terungkap Bahaya AI Gemini Bagi Anak dan Remaja, Orang Tua Harus Waspada!
-
4 Padu Padan Outfit Chic ala Wendy Red Velvet yang Stylish Banget!
-
Mau Tampil Fashionable Tanpa Berlebihan? Ini 4 Look Kekinian ala Ella MEOVV
Terkini
-
Jejak Kreatif Futsal dalam Mengubah Wajah Gaya Hidup Generasi Muda
-
Futsal sebagai Medium Terapi Jiwa: Mengubah Emosi Menjadi Kekuatan Positif
-
Main Futsal Resmi 2 Babak, Tapi Anak Tongkrongan Tahan Setengah Babak Aja
-
5 Teori Topi Jerami Raksasa One Piece, Senjata Kuno Berkaitan dengan Nika
-
Fakta Unik Makau, Koloni 442 Tahun Portugal yang Timnasnya Tak Warisi Kehebatan Os Navegadores