Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Nur Ramadini Tria Wafa
Ilustrasi emas (shutterstock)

Di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, digitalisasi di dunia keuangan menjadi rekomendasi kebijakan yang harus dikembangkan. Terlebih digitalisasi sudah menjadi hal yang umum dilakukan pada segala sektor yang ada di Indonesia. Bank Indonesia selaku otoritas moneter di Indonesia memandang optimis pengembangan pasar uang digital di Indonesia.

Secara definitif menurut Bank Indonesia pasar uang adalah bagian dari sistem keuangan yang berhubungan dengan kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah dan valuta asing, yang berperan dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem pembayaran.

Menuju pasar uang modern yang terintegrasi dengan digital, Bank Indonesia baru saja mengeluarkan Blueprint Pengembangan Pasar Uang 2025. Jika dicermati lebih dalam visi BPPU 2025  dari pengembangan pasar uang 2025 ini terdiri atas 5 bagian yaitu:

  1. membangun pasar uang modern dan maju untuk mendukung pembiayaan ekonomi nasional dan efektivitas transmisi kebijakan moneter serta stabilitas sistem keuangan;
  2. mengembangkan produk, pricing dan pelaku pasar uang yang variatif, likuid, efisien, transparan, dan berintegritas;
  3. memperkuat infrastruktur pasar uang yang andal, efisien, aman, dan terintegrasi;
  4. mengembangkan data dan digitalisasi yang granular, real-time, dan aman;
  5. mewujudkan regulatory framework yang agile, industry friendly, inovatif, dan memenuhi kaidah internasional.

Kemudian 5 visi BPPU diatas, dijabarkan secara komprehensif pada 3 rangkaian inisiatif yang akan diterapkan secara bertahap dimulai tahun 2020 hingga tahun 2025. Inisiatif  pertama yaitu mendorong digitalisasi dan penguatan infrastruktur pasar keuangan, akan dicapai melalui lima key deliverable yang meliputi trading venue dan BI-ETP (Bank Indonesia Electronic Trading Platform), CCP (Central Counterparty), BI-SSSS (Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System), BI-RTGS (Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement), dan TR (Trade Repository).  

Dalam jangka pendek reprioritas roadmap pengembangan infrastrukturnya yaitu percepatan ketersediaan market operator (MO) dan central counterparty (CCP) di tahun 2021 serta penguatan BI-ETP (Bank Indonesia Electronic Trading Platform) di tahun 2022.

Langkah inisiatif untuk pengembangan infrastruktur pasar keuangan Indonesia ini akan menjadi landasan utama untuk dapat memasuki inisiatif pengembangan lainnya. Inisiatif yang kedua, yaitu memperkuat transmisi kebijakan moneter dengan melakukan pengembangan repo, OIS (Overnight Index Swap), DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), LCS (Local Currency Settlement) serta reformasi suku bunga acuan (benchmark rate).

Inisiatif yang ketiga, yaitu mengembangkan sumber pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko melalui 3 key derliverable mencakup pengembangan sumber pembiayaan ekonomi melalui pengembangan sekuritisasi aset serta pengembangan sustainable and green financing, pengelolaan risiko melalui pengembangan sarana instrumen lindung nilai jangka panjang untuk mitigasi risiko nilai tukar dan suku bunga, dan peningkatan basis investor ritel.

Saat ini, tatanan perekonomian global sedang memperlihatkan pergeseran tatanan yang cukup kuat dan dinamis pada perekonomian. Semula, poros perekonomian dunia atau secara global berada pada negara-negara maju, namun kini bergeser menuju negara berkembang.

Jika diamati sejak 2020 sebelum pandemi Covid-19 melanda secara global, negara berkembang tercatat memiliki perkembangan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. setiap tahunnya, pertumbuhan ekonomi negara berkembang rata-rata mencapai lebih dari 4%, sementara negara maju tumbuh lebih rendah di kisaran 2%.

Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda terdapat tantangan lebih pada negara-negara berkembang untuk dapat terlepas dari bayang-bayang resesi ekonomi. Namun, nyatanya hampir seluruh negara secara global termasuk negara maju sekalipun tak luput dari ancaman resesi pada pandemi yang melanda secara global ini.

Negara-negara berkembang hingga akhir tahun ini masih mengalami kondisi perlambatan ekonomi. Kendati vaksin Covid-19 sudah hadir di beberapa negara, hal ini dianggap akan menjadi harapan positif bahwa negara berkembang akan kembali bangkit diawal tahun depan setelah vaksin Covid-19 ini di distribusikan dan secara efektif mengurangi adanya kasus Covid-19.

Sebagai negara berkembang, Indonesia tak ingin kehilangan kesempatan untuk masuk menjadi konstelasi negara utama dalam perekonomian global berikutnya. Konsistensi laju pertumbuhan Indonesia telah teruji selama dua dekade terakhir yang mampu tetap tumbuh tinggi pasca krisis seperti di tahun 1997 dan 2008.

Krisis Covid-19 menyebabkan kemunduran bagi perekonomian global, namun sejatinya memberikan momentum bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dan kembali membuktikan bahwa Indonesia mampu untuk bangkit kembali dari sisi ekonomi.  Indonesia memiliki peluang untuk tumbuh kuat pasca krisis pandemi Covid-19.

Proyeksi optimis tersebut mensyaratkan Indonesia dapat secara efektif menanggulangi krisis kesehatan Covid-19 dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Berbagai upaya pemerintah seperti program pemulihan ekonomi nasional dan perkembangan positif dari uji coba vaksin turut membangun optimisme pasar. Untuk itulah Blueprint Pengembangan Pasar Uang menjadi acuan pengembangan pasar keuangan di Indonesia untuk mengakselerasikan diri pasca pandemi Covid-19 ini.

Oleh: Nur Ramadini Tria Wafa/Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi/Univeristas Negeri Jakarta

Nur Ramadini Tria Wafa