Generasi Zlahir dari antara tahun 1995 hingga 2010 ini merupakan generasi peralihan dari generasi milenial, dengan diiringi perkembangan teknologi yang semakin maju. Disebut juga iGeneration, mereka memiliki kemampuan yang sama dengan generasi milenial, namun mereka mampu mengerjakan semua kegiatan dalam satu waktu seperti mendengarkan musik, mengambil foto, dan membaca berita dalam satu perangkat saja. Generasi ini juga sangat dekat dengan dunia maya. Pengaruh gadget dan teknologi telah dekat dengan mereka sedari kecil, dan secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian mereka.
Saat ini Indonesia sedang memasuki era bonus demografi, yaitu proporsi jumlah penduduk usia produktif berada di atas 2/3 dari jumlah penduduk keseluruhan. Hal itu juga dikemukakan oleh badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang menyatakan bahwa era bonus demografi akan dialami Indonesia pada periode antara tahun 2020-2030.
Pada rentang tahun tersebut jumlah usia angkatan kerja yaitu 15-64 tahun mencapai sekitar 70% sedangkan 30% merupakan penduduk yang tidak produktif. Persentase itu, akan semakin ideal saat memasuki masa puncak yaitu antara tahun 2028-2030.
Masih berhubungan dengan penggunaan internet, berbagai studi menemukan bahwa generasi Z Indonesia memiliki kelekatan tingkat tinggi dengan mobile internet. Bahkan ada subsegmen generasi Z yang tidak pernah menggunakan dekstop computer. Mereka menggunakan laptop, sabak, ponsel, dan piranti lainnya untuk terkoneksi dengan internet.
Saat generasi Z Indonesia dibandingkan generasi Z negara-negara lain, mereka juga menunjukkan karakter yang cukup menarik khususnya dalam hal kebahagiaan dan membangun bisnis sendiri. Dalam hasil survei kepada generasi Z di 20 negara oleh Varkey Foundation (2017), yang kemudian dibuat laporan dengan judul "Generation Z : Global Citizenship Survey" ditemukan bahwa generasi Z Indonesia menempati peringkat teratas sebagai generasi paling bahagia (92%), yang kemudian disusul Nigeria (85%), dan Israel (78%). Angka tersebut jauh diatas rata-rata dunia sebesar (68%).
Saat ada dalam rentang usia yang sama, generasi Z secara umum lebih pandai dibandingkan dengan genrasi X, Y, dan generasi lain yang lebih senior. Meski ada diantara mereka yang lahir saat Indonesia sedang krisis ekonomi, mereka besar saat Indonesia menikmati masa-masa pertumbuhan ekonomi yang baik dan berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi yang baik tersebut turut mendukung tersebarnya akses internet ke hampir keseluruh penjuru negeri. Akibatnya, akses pengetahuan berbagai warna pun dapat mereka akses setiap waktu di mana pun. Pengetahuan agama manhaj tertentu hingga konten pornografi dapat mereka akses dengan mudah. Jika terkena internet sehat, info VPN Proxy gratis menyebar dengan segera dan mereka sudah menyiapkan langkah mitigasi sebelum terkena blokir kembali, yaitu unduh konten agar bisa dinikmati tanpa internet.
Saat ini, generasi Z Indonesia belum sepenuhnya memiliki peran signifikan dalam kontribusi terhadap produktivitas ekonomi negara. Namun, peran mereka dalam konteks perilaku konsumen tidak dapat diremehkan. Nielsen Consumer & Media View (Kuartal II 2016) menemukan bahwa generasi Z memiliki pengaruh dalam keputusan membeli dalam keluarga. Dua hal utama yang dipengaruhi generasi Z adalah keputusan berlibur dan membeli produk elektronik.
Beberapa pemuda yang telah membuktikan bahwa generasi Z juga berperan terhadap ekonomi Indonesia diantaranya yaitu Wirda Mansur yang memiliki bisnis fashion, kosmetik, serta travel yang tergabung dalam Wirda Mae Group Official, Ammar Mandili dengan usaha minyak rambut bernama Indohaircut, Kevin Ciang dengan bisnis Sosial Media bernama Sestyc, Almeyda Nayara Alzier, yang membuka bisnis mainan slime bernama Naya Slime, Muhammad Akbar Maulana yang membuka perusahaan teknologi Multimedia yang bernama PT. Rabka Madbarlana Group, Putri Nabila dan Qasyah Rahmani Febrian dengan bisnis pakaian daur ulang bernama Our Trashes, Tiffany Kenanga Mandalawangi dengan bisnis pakaian bernama Tiffany Kenanga Hijab dan sepatu bernama Tiffany Kenanga Signature, dan Nadya Pinem dengan bisnis scrapbook, serta pernah menjadi perwakilan USU dalam "Medan Telkomsel Education Fun Holiday Goes to Sydney" pada tahun 2016.
Dengan demikian, penerapan sistem Kurikulum 2013 yang telah berjalan selama delapan tahun sebenarnya sudah lebih baik dari sebelumnya meski sempat mengakibatkan kewalahan bagi para siswa.
Meskipun label dan streotip negatif mengenai kepintaran masih berlanjut dan sulit untuk dihilangkan, setidaknya generasi Z Indonesia masih dapat terus menunjukan kualitas diri mereka dan mematahkan streotip tersebut dengan cara lain. Oleh karena itu, diharapkan agar kaum generasi Z Indonesia tidak pernah merasakan putus asa dan maju demi menunjukan bahwa mereka juga mampu membangun sektor ekonomi Indonesia lebih baik lagi.
Artikel Terkait
-
Resesi Mengancam Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia
-
Menperin Optimistis Ekonomi Tumbuh 5,5 Persen di Tahun 2021
-
Meski Ada Vaksin Covid-19, Ekonomi Indonesia di 2021 Masih Belum Pasti
-
Dorong Energi Terbarukan, Kemenkeu Beri Dukungan Kebijakan Dari Sisi Fiskal
-
Ekonomi RI 2021 Diprediksi Akan Lebih Buruk dari Krismon 1998, Benarkah?
News
-
Rayakan Hari Keluarga Sedunia, TFR News Perkenalkan Festival LittleDoodle
-
Kembang Goyang Luna Maya Patah Detik-Detik Sebelum Akad, Pertanda Apa?
-
Sharing Karier, Psikologi UNJA Tempa Wisudawan Siap Kerja
-
Dialog Suara.com x CORE Indonesia: Dampak Tarif AS Bagi Ekonomi Indonesia
-
Bangun Kesadaran Self-Compassion, Psikologi UNJA Adakan Lomba dan Seminar
Terkini
-
Netflix Buka Suara Soal Yeji ITZY Gabung Alice in Borderland Season 3
-
4 Klub Unggas Sudah Berjaya di Tahun 2025, tapi Masih Ada Satu Lagi yang Harus Dinantikan!
-
Haechan akan Merilis Lagu The Reason I Like You, OST Second Shot At Love
-
Film Animasi KPop Demon Hunters Umumkan Jajaran Pengisi Suara dan Musik
-
Wacana BRI Liga 1 Tambah Kuota 11 Pemain Asing, Ini 3 Dampak Negatifnya