Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Hafsah Azzahra
Kelas Yoursay Save Me from Toxic Relationship (Instagram/yoursay_id)

Masih dalam suasana Hari Valentine di bulan Februari ini, Yoursay kembali mengadakan kelas terkait relationship bertajuk “Save Me from Toxic Relationship!”. Yoursay Class kali ini digelar secara daring melalui Zoom meeting pada Senin (20/2/2023).

Dimulai tepat pukul 14:30 WIB, Yoursay menghadirkan pemateri seorang Psikolog Klinis di Bicarakan.id,  Vivian Chandra, S.Psi., M.Psi, Psikolog. Vivian membuka materinya dengan menjelaskan bahwa toxic relationship adalah hubungan atau relasi yang membuat seseorang merasa tidak didukung, tidak dipahami, direndahkan, atau bahkan diserang.

Diikuti puluhan peserta dari berbagai daerah, Vivian menegaskan bahwa menjalani toxic relationship tentu bikin korbannya merugi. Sebab pada prinsipnya, hubungan yang ideal itu seimbang antara take and give, hal itu tak bisa dijumpai dalam toxic relationship.

Vivian menguraikan risiko-risiko bila terjadi ketidakseimbangan dalam sebuah hubungan. Ia menjelaskan, toxic relationship bisa membuat orang merasa tidak dihargai, dan kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi.

Toxic Relationship Bisa Terjadi dalam Berbagai Hubungan

Psikolog Klinik itu menambahkan, toxic relationship tidak hanya terjadi pada pasangan pacaran atau menikah saja. Namun, juga bisa dialami dalam hubungan pertemanan, dengan rekan kerja atau bos, bahkan antara orang tua dan anak.

Jalur terjebak ke dalam toxic relationship pun bisa beraneka ragam. Kata Vivian, bisa muncul lantaran hal-hal sederhana, seperti kritik yang berlebihan dan kurangnya apresiasi.

Vivian pun mencontohkan, misal seorang anak merasa tidak nyaman saat bersama orang tuanya karena terus menuntut, dan banyak membandingkan, tanpa pernah memberi pujian. Hal itu membuat anak merasa tidak bebas, tertekan, dan tidak bisa menjadi diri sendiri.

Berbeda dengan saat anak tersebut sedang bersama teman-temannya. Ia bisa berekspresi, kreatif, dan ceria. Hal tersebut merupakan contoh hubungan tidak sehat yang terjadi di rumah.

Lebih lanjut, Vivian menjelaskan bahwa tanda toxic relationship yakni merasa kepercayaan diri korban terdampak seiring waktu. Agar lebih interaktif, lulusan magister psikologi ini pun meminta peserta untuk kembali melihat diri sendiri, apakah pernah merasa kurang percaya diri saat menjalin hubungan dengan orang lain.

“Misal kalian punya temen. Tapi, mereka itu terlalu kompetitif yang gak sehat, terlalu membandingkan pencapaian, dan lain sebagainya. Berarti lingkungan pertemanan kalian itu gak sehat. Kalian pasti merasa kurang percaya diri kalau lagi kumpul sama mereka,” jelasnya.

Karena sifatnya yang beracun, sudah pasti toxic relationship akan menyerang sisi psikis, mental, atau emosional korbannya. Korban toxic relationship bisa cepat lelah, sedih, marah, dan berganti-ganti emosi.

“Kalian bisa merasa lelah, sedih, atau marah kalau lagi sama orang itu,” tutupnya.

Mendengar pemaparan yang sangat jelas ini pun membuat peserta sangat antusias. Terlihat dari banyaknya pertanyaan yang masuk saat sesi tanya jawab. Peserta merasa materi ini relate dengan kehidupan bersosial sehari-hari, sehingga merasa senang karena Yoursay bisa menjembatani mereka untuk bertemu daring dengan Vivian dari Bicarakan.id.

Hafsah Azzahra