Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Ayu Ratna
Ilustrasi orang yang menjauhi keramaian (Shutterstock).

Dear Diriku,

Lihatlah, cahaya nirmala memancar di sela-sela jenggala. Kicauan burung yang berseloroh menampakkan keriangannya. Bahkan anila seperti membaca japa agar dirinya bisa menyentuh dedaunan dan ranting yang rindang. Namun diriku, terkadang masih ragu bagaikan atma yang hirap tanpa arah.

Diriku, percayalah padaku. Bahkan amerta pun percaya pada-Nya. Bahwa kedepannya nanti kita akan berhadapan dengan berbagai hal layaknya pancarona. Meski bermacam-macam warna, tetaplah indah di setiap sisinya. Artinya, masa depan tidaklah sekedar duka, suka pun akan menjadi selingannya. Menjadi kokoh di setiap masalah adalah kunci utamanya. Karena masa depan yang indah, tidak lepas dari sebuah perjuangan yang rela melakukan segalanya. Tanpa perjuangan, masa depan tidak akan sempurna.

Diriku, pandanglah nabastala di atas sana. Kepada sahabat sejatinya ia menempatkan bagaskara untuk memancarkan cahaya sumber penghidupan. Meski ia harus berganti di tiap rotasinya, namun shyam adalah tempat untuk pengistirahatan dan menghadirkan bintang yang rucita. Meneduhkan bumi dengan mega nya, serta sarayu yang memberikan kesejukan di tiap kesukaran.

Diriku, kita tahu bahwa masa depan memiliki tabir rahasia-Nya, namun perjuangan tidak akan membohongi usaha. Ingatlah selalu mulai dari detik ini hingga saban hari, bahwa manisnya anca dalam sebuah adorasi untuk mencapai harsa di kemudian hari.

Ayu Ratna