Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Vicky
Pemandangan langit malam [Dok. BBC/Getty]

Malam yang dingin kian membuat dirinya begitu asing, di antara hampa dan nestapa, ia bertanya kepada kekasih nya.

"Puan, bolehkah aku meminta 1 gelas kopi hangat malam ini?" tanya Tuan

"Buat apa, Tuan? Sudah cukup lama tidur mu larut malam, aku takut, esok kau tak lagi memandang ku di dalam waktu yang berjalan," ucap Puan

"Yang larut itu tidur ku, tapi tidak dengan diriku. Aku akan selalu ada di sini, menatap mu di sepanjang waktu, oh salah, bukan menatap mu, tetapi menetap bersama mu," ucap Tuan

"Bagaimana bisa kau memastikan hal itu, sementara kau dan aku pun sama-sama terasing," ucap Puan

"Maksud mu?" tanya Tuan dengan sedikit heran

"Ya, kau dan aku sama-sama terasing, kita tak benar-benar saling bertemu, tak benar-benar pula saling berbicara," ucap Puan

Mulai ia dekati tubuh itu, ia mencoba menggenggam tangan Puan, kekasih nya. Tetapi, Puan mengelak.

"Jangan," ucap Puan menarik tangan nya

"Mengapa? Bukan kah kau sendiri yang mengatakan kita tak benar-benar ada? Aku ingin mencoba membuktikan nya, bahwa jika memang saya dan kau tidak pernah ada, pastilah saya takkan bisa menyentuh tangan mu," ucap Tuan

"Kau salah, kita tak pernah ada, bahkan di dalam pembicaraan mu dengan ku, kita tak benar-benar nyata," ucap Puan

Dengan sedikit nekat, Tuan langsung mencoba menyentuh tangan Puan.

Tuan pun terheran, tangan nya tak mampu menyentuh tangan Puan. Bagaimana bisa, ia berbicara dengan ketiadaan, di antara rindu dan kehilangan.

Vicky

Tag