Kilau hitam nampak masih bercahaya.
Berdiam diri di pojok-pojok rumah.
Kadang jua sebagai hiasan yang menyeramkan mata.
Perlakuan terombang-ambing di dinding yang juga sudah kusut.
Songkok hitam, tudung kepala manusia-manusia perkasa.
Sahabat setia di hari-hari suci.
Songkok hitam, penyemangat budaya adat.
Dirimu songkok hitam, simbol persatuan bangsa.
Ingatlah, wahai songkok hitam!
Dirimu bukanlah simbol satu agama saja.
Karena dirimu semua untuk semua, bukan untuk satu golongan saja.
Dahulu kala dirimu simbol perjuangan bagi rakyat kecil.
Simbol persatuan melawan penjajah yang rakus.
Wahai songkok hitam, masihkah kau berperilaku adil hari ini?
Masikah kau setia sebagai simbol perjuangan?
Iya, tentu kau akan terus setia pada janji itu.
Walau dirimu, kini banyak kau jumpai orang-orang munafik.
Itulah kehidupan sekarang, manusia makin pintar bertopeng.
Mungkin tidak salah perkataan orang-orang terdahulu.
Perjuangan sekarang lebih berat karena melawan bangsa sendiri, ketimbang perjuangan dahulu yang melawan mengusir bangsa luar.
Baca Juga
-
Hidupmu Bukan Konten: Melawan Standar Sukses Versi Media Sosial
-
Remaja, Keranjang Oranye, dan Ilusi Bahagia Bernama Checkout
-
Banjir Sumatra dan Mimpi Indonesia Emas: Mau Lari ke Mana Kalau Lantainya Amblas?
-
Ahli Gizi: Pahlawan Super yang Cuma Ditelfon Kalau Badan Sudah Ngeluh Keras
-
Logika Sesat dan Penyangkalan Sejarah: Saat Kebenaran Diukur dari Selembar Kertas
Artikel Terkait
-
4 Sunscreen dengan Ferulic Acid untuk Proteksi UV dan Cegah Flek Hitam
-
7 Moisturizer Terbaik untuk Flek Hitam Usia 60 Tahun ke Atas
-
BPOM Ungkap Peredaran Pangan Ilegal dan Kedaluwarsa Jelang Nataru, Nilainya Capai Rp 42 Miliar
-
5 Sunscreen untuk Wanita Usia 50-an, Lembap dan Flek Hitam Tidak Makin Parah
-
7 Pilihan Sabun Muka Terbaik untuk Flek Hitam di Apotek, Harga Mulai Rp10 Ribuan Aja