Saat terasa lemas.
Pikiran tak menentu dan bingung sendirinya.
Rasa sakit perlahan terasa di sekujur tubuhku.
Terasa dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Saat malam tiba, rasa sakit itu terus menancap di tubuhku.
Tulang belulang tak mampu berkutik lagi.
Mata pun tak mampu terpejam di sepanjang malam.
Suara tangisan pun tak terbendung lagi.
Badan perkasa masanya, kini sudah lemas.
Tubuh yang bertarung hidup pada panasnya matahari dan dinginnya hujan.
Kini terbaring lemah di ruang terbatas.
Badan tak kuat dan kini kehilangan arah.
Harta benda pun tak mampu mereda rasa sakit.
Semua seakan sirna dan tak ada gunanya saat tubuh terbaring lemah.
Hanya rasa simpatilah yang kadang mampu menopang rasa sakit itu.
Hanya perbuatan baiklah satu-satunya penolong masa selanjutnya.
Baca Juga
-
Media Sosial, Desa, dan Budaya yang Berubah
-
Media Sosial dan Dunia Anak: Antara Manfaat dan Tantangan
-
Pendidikan Etika Digital sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan
-
Pendidikan, Kunci Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045
-
9 HP Kamera 0,5 Harga 1-2 Jutaan Terbaik 2025, Foto Ramean Jadi Full Team!
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Dalam Proses Pemulihan, Ini Kondisi Terbaru Tom Holland Usai Alami Cedera
-
Kado Ultah Anti-Mainstream: 10 Ide Unik Biar Bestie Gak Cuma Bilang 'Makasih'
-
Dari Musik hingga Pacuan Kuda: Festival SARGA Siap Meriahkan Payakumbuh di IHR Cup II 2025!
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Unggahan Anak Durhaka Venna Melinda Bikin Geger, Benarkah Sindir Verrell Bramasta?