Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Christof
Ilustrasi Jurnalis [shutterstock]

Kamilah kuli-kuli tinta

Bertebaran di seluruh penjuru dunia

Menjadi seorang seniman dengan bermodal pena

Kadang menggadai nyawa, mantap memilih menjadi abdi warta

Mencibiri tahta, menggerutuki rakus gerombolan penguasa

 Melukis cerita-cerita dan haru drama 

Di balik riak ramai riuh peristiwa

Lantunkan bait merdu nada-nada, di balik kelamnya fakta

Menata bangunan kata, seolah ingin tegaskan realita

Ciptakan ukiran-ukiran cadas, di balik lugas tegas aksara

Menelanjangi fenomena, mengkhotbahi norma-norma

Mengurai apa adanya, terus singkap dalamnya makna

Menyelidiki bukti-bukti,  jauhkan diri dari segala prasangka

Juga godaan praduga dan kira-kira yang berputar putar di kepala

Kadang kami dipandang aneh, penuh ragu, penuh curiga

Tak jarang kami harus menanggung sengsara, karena diserang dan dicela

Kadang kami membuat geram dan murka, para aktor ulung di belakang meja

Para elit licik itu, sangat benci dan penuh rasa tak suka

Saat kritik membuat gerah panas, penuh gatal di telinga

Semua itu tak lantas membuat kami jera

Justru kami lebih terbakar giat kembali

Menguliti misteri, menemani tragedi

Coba teriakkan apa yang sedang terjadi

Mengunyah malam, menghirup matahari

Lalu datang pergi silih berganti

Saat kerinduan akan cakrawala sudah menanti

Di dalam relung jiwa dan sanubari

Menapak anak-anak tangga demi sebaris intisari

Coba dengarkan nurani, genggam segumpal intuisi

Sabetkan tajamnya budi, singkap borok palsu kehidupan

Pijarkan bintang-bintang kebenaran, di antara mega dan awan awan

Tak lelah  menggurui jaman, tak jemu merawat peradaban

Christof