Kamilah kuli-kuli tinta
Bertebaran di seluruh penjuru dunia
Menjadi seorang seniman dengan bermodal pena
Kadang menggadai nyawa, mantap memilih menjadi abdi warta
Mencibiri tahta, menggerutuki rakus gerombolan penguasa
Melukis cerita-cerita dan haru drama
Di balik riak ramai riuh peristiwa
Lantunkan bait merdu nada-nada, di balik kelamnya fakta
Menata bangunan kata, seolah ingin tegaskan realita
Ciptakan ukiran-ukiran cadas, di balik lugas tegas aksara
Menelanjangi fenomena, mengkhotbahi norma-norma
Mengurai apa adanya, terus singkap dalamnya makna
Menyelidiki bukti-bukti, jauhkan diri dari segala prasangka
Juga godaan praduga dan kira-kira yang berputar putar di kepala
Kadang kami dipandang aneh, penuh ragu, penuh curiga
Tak jarang kami harus menanggung sengsara, karena diserang dan dicela
Kadang kami membuat geram dan murka, para aktor ulung di belakang meja
Para elit licik itu, sangat benci dan penuh rasa tak suka
Saat kritik membuat gerah panas, penuh gatal di telinga
Semua itu tak lantas membuat kami jera
Justru kami lebih terbakar giat kembali
Menguliti misteri, menemani tragedi
Coba teriakkan apa yang sedang terjadi
Mengunyah malam, menghirup matahari
Lalu datang pergi silih berganti
Saat kerinduan akan cakrawala sudah menanti
Di dalam relung jiwa dan sanubari
Menapak anak-anak tangga demi sebaris intisari
Coba dengarkan nurani, genggam segumpal intuisi
Sabetkan tajamnya budi, singkap borok palsu kehidupan
Pijarkan bintang-bintang kebenaran, di antara mega dan awan awan
Tak lelah menggurui jaman, tak jemu merawat peradaban
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Review Film Now You See Me: Now You Don't, Kritik Tajam ke Dunia Korup
-
Bukan Sekadar Anak Nakal: Kupas Luka Psikologis di Balik Pelaku Bullying
-
Workplace Bullying: Perundungan yang Dianggap Normal di Kantor, Relate?
-
Perjuangan Melawan Kemiskinan dan Tradisi Kaku dalam Novel Bertajuk Kemarau
-
Lesti Kejora Tetap Aktif Walau sedang Hamil, Billar Alami Couvade Syndrome?