Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Budi
Ilustrasi Orang Yang Sedang Memegang Buku. (Pixabay)

Malam yang hening, ku duduk di kursi tamu seorang diri
Cuaca alam yang dingin membuat aku kadang gemetar
Cicauan makhluk kecil di bawah tanah sesekali terdengar menyahut
Aku masih duduk menikmati kesendirianku malam ini

Malam penuh kegembiraan dan kehangatan
Pikiran yang kadang goyah namun aku suguhkan kopi hitam di meja tamu tempat aku duduk
Di tanganku telah aku genggam buku tebal yang warnanya agak mulai kusam
Sampulnya pun nampak memberi sinyal dengan corak kunonya

Buku itu yang membuat aku makin penasaran
Membuka pikiranku yang kolot agar dapat lebih terbuka
Mengenalkan peristiwa sejarah di masa silam yang kadang disembunyikan kebenarannya hari ini
Pikiranku jua kadang memberontak dan merasa empati pada kekejaman budaya masa dahulu

Lembaran-lembaran buku itu aku buka secara perlahan
Tiap diksi yang tertuliskan membuat aku makin penasaran
Menerjang pada alam pikiranku tentang ilmu yang maha dahsya
Kebenaran mesti tetap dijunjung tinggi sebagai medan perjuangan

Malam yang larut tidaklah menyurutkan semangatku untuk menyemai buku yang sudah nampak tua di genggamku
Mataku jua telah mendukung dan tetap kuat memandang deretan goresan pena dari orang-orang hebat
Setiap tulisan yang aku baca memiliki makna yang sangat dalam
Buku memang senjata paling ampuh melawan segala kebodohan

Tak terasa olehku aku telah lama duduk di kursi tamu
Berjam-jam waktu yang aku habiskan, namun dalam pikirku seakan baru sedetik saja
Buku di tanganku benar-benar membuat aku jatuh cinta padanya
Aku ingin terus menyemai buku tua malam ini

Nipa, 29 Agustus 2021

Budi