Kebengisan sejati yang mengoyak jiwa dengan kuasa sang pemimpin yang keras hatinya. Seakan persetan dengan nurani kemanusiaan bagi seluruh rakyat. Dahulu rakyat rela menggadaikan suaranya demi mengangkat sang pemimpin. Ironis kala sang pemimpin berkuasa aroma diktator kian tercium tajam.
Tangan besi dengan segala kekuatan yang sangat dahsyat begitu mencekik seantero negeri. Dalam sekejap disulap menjadi negeri kacau balau. Kejahatan merajai seantero negeri. Rakyat tenggelam dalam kemiskinan. Semakin banyak nyawa terkapar tak berdaya akibat kelaparan.
Seakan masa bodoh sang pemimpin kala mendengar jeritan tangis rakyat yang tercekik kelaparan. Namun telinga sang pemimpin seolah tuli tak mendengar segala jerit tangis rakyat yang semakin melarat. Atau hanya pura-pura tuli saja.
Tertawalah sang pemimpin dengan segala keangkuhannya. Segala kemewahan yang dia nikmati dalam kepuasan yang sangat membius bayang-bayang kehidupannya. Jiwanya yang rapuh dalam segala kemewahan yang dia miliki.
Yang tak ada habisnya bertindak bengis bagi rakyat yang lemah. Seakan tak ada lagi keadilan yang berlaku bagi para jelata. Segala hamparan penindasan terus-menerus dilakukan. Rakyat semakin terinjak-injak dalam kaki kekuasaan sang pemimpin yang sangat bebal nan laknat.
Sangat mengoyak jiwa dan nurani kala rakyat terkapar alam nelangsa yang dilalui sepanjang waktu. Seakan rakyat semakin pasrah dengan segala penindasan. Tanpa daya apa-apa yang dimiliki rakyat tuk menghadapi kebengisan sang pemimpin.
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Dony Oskaria Ungkap Peluang Peleburan BUMN dan Danantara, Presiden Setuju?
-
Review Film Afterburn: Petualangan Epik di Dunia yang Rusak!
-
DPR Dorong Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya: Itu Bukan Sinyal yang Bagus!
-
KPK Ungkap Khalid Basalamah Cicil Uang Korupsi Haji, Pengembalian Dana Tak Hapus Pidana