Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Dream Praire
Ilustrasi Rumah Kayu (Pixabay-Pexels).

Dalam rumah kayu, sendirian menggigil oleh dinginnya malam

Membungkus diri dengan selimut tua dan berwarna kelam

Lilin-lilin mengecil mempertahankan cahaya yang meredup

Menyamarkan tikus sehitam arang yang masuk menyelundup

Perempuan tua itu bergerak- gerak dengan gelisah

Mendengarkan rinai hujan yang membuat tanah menjadi basah

Ia terduduk memandangi dinding kayu yang tampak semakin lapuk

Tarikan napas panjang mengingatkannya pada memori  yang bertumpuk

Di ruang ini dulu ia biasa membacakan berbagai  cerita

Untuk anak-anaknya yang sepenuh hati dan seluruh jiwa ia cinta

Berbagai macam narasi di tutur menjadi rangkaian dongeng

Dari kisah perjuangan, kebahagiaan, sampai drama cengeng

Rasa bahagia memenenuhi rongga dalam dadanya

Tatkala teringat mata cerah semua anak-anaknya

Suara mereka seakan terputar kembali begitu nyata

Suara tanya antusias, bahak tawa dan juga isak airmata

Perempuan itu terkejut oleh suara menggelegar

Rasa dingin semakin mencekam tubuhnya yang tak lagi bugar

Rupanya hujan semakin deras disertai pekikan halilintar

Mendesirkan perasaan takut pada tubuh yang gemetar

Perempuan itu mengelus dada dan berusaha tenang

Menyadari bahwa semua tinggal memori untuk dikenang

Kini anak-anaknya tinggal jauh tersebar di berbagai penjuru

Menjalani hidup menjadi rangkaian kisah-kisah baru

Walau kadang kesepian menyerang sedemikian hebat

Mengalahkan sunyinya keheningan  dalam hutan lebat

Namun perempuan itu tetap menggumamkan syukur

Atas besarnya kebahagiaan masa lalu yang tak terukur

Borneo, Oktober 2021

Dream Praire