Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Dream Praire
Ilustrasi Pria menyandang tas (Pixabay).

Berat sayu kedua kelopak mata menahan kantuk

Memaksa tubuh bangkit hingga lutut pun terantuk

Seketika tersadar oleh kejut yang  membuatnya terlompat

Rasa sakit berbaur kesal  mendorong bibir ringan mengumpat

Ada enggan menyergap datang setiap pagi

Sekuat tenaga beranjak dengan menggertakkan gigi

Menahan  tusukan dingin air mandi tanpa rela

Berpakaian rapi dan lugas  demi menampik cela

Jalanan kota yang padat  tak terasa ramah

Terasa panjang bagi motor tua yang telah lemah

Tergopoh melaju mengejar menit-menit akhir

Demi ketepatan waktu bernama tanda hadir

Memasuki ruang kerja  tanpa semangat

Menatap tumpukan tugas yang terus meningkat

Layar monitor menyajikan banyak tampilan

Tak satupun membuatnya memusatkan pikiran

Angan-angan  terbang mengikuti khayalan

Gerak jari hanya memastikan layar berjalan

Memejam mata memaksa tarikan napas

Terhadap sekian tugas yang  ia sungguh ingin terlepas

Berkali memandang jarum jam di dinding

Berharap memutar waktu  agar cepat menggelinding

Debaran jantung berdetak-detak  tanpa ketenangan

Cemas dan gelisah  akan tambahan tugas yang berdatangan

Dan ketika waktu pemenuhan  kewajiban pun usai

Lega  menyeruak walau sekian tugas belum selesai

Bergegas lekas bersiap meninggalkan meja

Melupakan semua hal dan  pernik yang berlabel kerja

Raga penuh lelah mengarungi debu  sepanjang jalan

Bersama banyak jiwa yang membawa banyak beban

TaK ada ceria dalam rupa-rupa yang  beralir keringat 

Menghela napas dengan sekian masalah yang terasa berat

Borneo,  November 2021

Dream Praire