Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Desyta Rina Marta Guritno
Jorge Martin (Instagram/@88jorgemartin)

Jorge Martin mungkin dapat dikatakan sebagai pembalap dengan nasib termalang musim ini, bagaimana tidak?

Baru beberapa bulan lalu dia memenangkan gelar juara dunia pertamanya, sekarang dia harus berhadapan dengan cedera yang membuatnya absen dalam beberapa seri perdana.

Tentu saja, ini menjadi pukulan yang serius bagi Martin, sebagai seorang juara dunia pasti dia masih punya ambisi untuk menang. Lebih-lebih tahun ini dia bergabung dengan pabrikan baru, rasa ingin membuktikan bahwa dia juga bisa bersaing meskipun tanpa motor terbaik di grid pasti ada dalam benaknya.

Sayangnya, upaya Martin untuk mempertahankan gelar juara hampir terlihat mustahil dengan cedera yang dia alami ditambah performa rival-rivalnya yang semakin bagus, termasuk Marc Marquez.

Menengok ke belakang, Marc adalah alasan Jorge Martin diabaikan oleh Ducati musim lalu. Pabrikan merah asal Italia tersebut lebih memilih juara dunia 7 kali yang tampil menjanjikan di tim satelit, dibandingkan Martin yang musim lalu berhasil memberi mereka gelar juara dunia.

Setelah kalah dalam persaingan perebutan kursi pabrikan, kali ini Martinator harus kembali menelan pil pahit dengan melhat Marc yang tampil dominan di awal musim dengan GP24-nya.

Menanggapi hal ini,  Jorge Martin mengakui bahwa penampilan Marc di dua race pertama ini bukan sesuatu yang mengejutkan.

"Kemenangan Marc bukanlah sesuatu yang tidak diharapkan siapapun," ujar Martin, dilansir dari laman Crash.

Melihat apa yang dialami oleh Martin, merasa marah, kecewa, sakit hati, dan frustrasi adalah hal yang wajar. Namun, alih-alih merasa kesal karena tidak dipilih Ducati, pembalap bernomor 89 ini justru fokus untuk meraih kemenangan bersama tim barunya, Aprilia.

"Anda harus beradaptasi dan belajar. Saya fokus pada apa yang harus saya lakukan, yakni memenangkan kejuaraan dunia. Saya tidak dendam terhadap siapapun," katanya.

Diketahui, Aprilia belum pernah memenangkan gelar juara dunia di MotoGP, tentu ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Martin.

Akan tetapi, sepertinya ini bukan suatu hal yang sulit karena tahun lalu pun dia menang bersama tim satelit (Pramac) yang juga belum pernah memenangkan gelar juara dunia. Bedanya, Pramac dibekali dengan motor terbaik di grid, sedangkan Aprilia harus diakui masih berada di bawah Ducati.

Beruntung, Jorge Martin bukan orang yang pantang menyerah dan suka dengan tantangan. Mental juaranya sudah jelas terlihat dalam 2 musim terakhir di mana dia harus berjuang keras untuk meraih gelar pertamanya.

"Pada akhirnya, saya suka tantangan, dan tidak ada tantangan yang lebih besar daripada mencoba menang dengan motor yang belum pernah memenangkan kejuaraan. Jadi saya senang," tambahnya.

Seperti yang dikatakan tadi, PR Martin di musim pertamanya di Aprilia cukup besar. Dia melewatkan sesi tes pramusim yang seharusnya jadi tahap adaptasi, sehingga kali ini dia harus mengawali kompetisi dengan persiapan yang sangat minim.

Kendati demikian, Martin tidak lantas melihat ini sebagai akhir dari segalanya. Menyadari bahwa dirinya tertinggal cukup jauh dari yang lain, Martin justru bersemangat untuk bisa kembali ke trek dan melakukan adaptasi dengan motor RS-GP.

Untuk saat ini, prioritas utama Martin tentunya adalah untuk mengembalikan kondisi fisiknya agar pulih seratus persen, serta menata kembali mental yang mungkin sempat drop karena kejadian di awal musim ini.

Selebihnya, mari kita tunggu kembalinya Jorge Martin ke lintasan balap. Tidak main-main, comeback Martin juga sangat dinanti oleh tim-tim lain, tak terkecuali Ducati yang meyakini bahwa dia akan menjadi penantang yang kuat untuk mereka.

Desyta Rina Marta Guritno