Tradisi Barikan merupakan salah satu tradisi yang masih terus dilaksanakan dan dilestarikan sejak zaman dahulu hingga sekarang karena memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Jawa, salah satunya di Desa Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.
Barikan adalah tradisi yang dilakukan masyarakat dengan berkumpul di satu tempat dengan membawa makanan dari rumah, lalu makanan dikumpulkan di tengah-tengah kerumunan dan dibacakan doa terlebih dahulu oleh sesepuh atau tokoh masyarakat setempat. Setelah itu, masyarakat saling bertukar makanan agar saling merasakan rejeki satu sama lain.
Tradisi Barikan adalah tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Jawa tak terkecuali desa Rejosari, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dengan tujuan untuk melakukan tolak balak (mara bahaya), baik yang menyangkut tanaman, hewan, dan manusia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu warga asli desa Rejosari, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Barikan di Desa Rejosari diselenggarakan setiap satu tahun sekali yaitu pada bulan Dzulhijjah atau bulan akhir dalam kalender Islam. Acara tersebut dilaksanakan sebagai wujud syukur kepada Tuhan yang maha kuasa dan berdoa kepadanya supaya diberikan keselamatan, kesehatan, rezeki yang melimpah, dan tolak balak dari segala mara bahaya.
Tradisi Barikan di Desa Rejosari, kecamatan Dawe, kabupaten Kudus diselenggarakan selama satu hari mulai dari siang sampai malam hari. Pada siang hari, Barikan dilakukan di belik yang ada di desa Rejosari dimana pada acara tersebut terdapat pertunjukan barongan dan wayang kulit.
Sementara pada malam hari, tempat pelaksanaan Barikan berada di rumah Bapak Rianto, selaku ketua dukuh Wonosari. Berbeda dengan acara pada siang hari, acara pada malam hari hanya terdapat persembahan wayang kulit yang di dalangi oleh Ki Brojo Wekso.
Masyarakat sangat berantusias terhadap penyelenggaraan Tradisi Barikan ini, hal tersebut dibuktikan pada saat pelaksanaannya. Tradisi Barikan ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja ataupun yang sudah berumur, tetapi juga dilakukan oleh anak-anak baik laki-laki maupun perempuan.
Selain itu, Barikan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang beragama Muslim saja, masyarakat non muslim yang ada di desa Rejosari kecamatan Dawe kabupaten Kudus pun ikut terlibat dalam tradisi ini meskipun doa yang dipanjatkan menggunakan doa Islam.
Seluruh masyarakat yang terlibat dalam Barikan ini juga tidak mendapatkan paksaan dari pihak manapun. Tradisi Barikan juga memiliki tujuan yang sangat positif, antara lain untuk merukunkan, mendamaikan dan mengakrabkan antar masyarakat yang ada di desa Rejosari itu sendiri.
Masyarakat di desa Rejosari yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan Barikan, duduk di atas tanah liat dengan beralaskan tikar, dimulai dengan menaruh sesaji yang sudah disiapkan kemudian terdapat acara pertunjukan wayang yang mengusungkan tema cerita rakyat. Kemudian setelah itu dilanjut dengan membaca Tahlil, Ayat-ayat Al-Quran dan diakhiri yang dipimpin oleh sesepuh setempat dan diakhiri dengan makan bersama yaitu makan nasi kulub.
Makna Tradisi Barikan sendiri adalah sebagai kontrol sosial, karena di desa Rejosari masyarakatnya tidak hanya memeluk agama Islam saja, tapi ada yang beragama Kristen. Sehingga dapat menciptakan suatu situasi dan kondisi yang aman, damai, rukun, serta rasa kebersamaan juga terbangun untuk mewujudkan keharmonisan.
Oleh karena itu, Tradisi Barikan memiliki peran serta pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat di desa Rejosari, kecamatan Dawe kabupaten Kudus. Selain mengharapkan keberkahan kepada Tuhan yang maha kuasa serta dijauhkan dari segala marabahaya, tradisi Barikan juga berperan sebagai penengah supaya masyarakat di Desa Rejosari tetap bersatu dan tidak terjadi yang namanya perpecahan antar umat.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Indonesia dan Lunturnya Budaya Malu, dari "Jam Karet" hingga Korupsi
-
Borobudur Writers and Cultural Festival 2024 Bakal Digelar 19 - 23 November di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi
-
4 Fakta Menarik Batik Nitik Yogyakarta yang Jarang Diketahui
-
Pecinta Budaya Pop Jepang Merapat, Festival Tanoshii Matsuri Jadi Siap Jadi Kumpul Komunitas Jejepangan
-
Kharma Niskala: Mencipta Rasa, Mengolah Rasa, dan Menata Karsa
Ulasan
-
Review Film Agatha All Along, Ambisi Dapatkan Kembali Kekuatan Sihir
-
Ulasan Novel Hamka, Sebuah Biografi Inspiratif Karya Haidar Musyafa
-
Ulasan Novel Buku-Buku Loak, Bernostalgia Melalui Sastra Lama
-
Ulasan Film The Black Phone: Penculikan Misterius Laki-Laki Bertopeng
-
Bentala Stella: Bisnis Licik dan Sayuran Gemas 'Pengungkap' Perasaan
Terkini
-
Tampil Feminin saat Hangout dengan 4 Padu Padan Outfit Rok ala Beby Tsabina
-
Mengulas Romantisme Ibukota Lewat 'Kisah dari Selatan Jakarta' Karya WSATCC
-
Taeyeon Girls' Generation Bahas Ketidaksempurnaan di Lagu Baru 'Hot Mess'
-
Pelatih Striker Timnas Indonesia Minta Pemain Lakukan Ini Jelang Hadapi Jepang
-
Bertemu Thailand di Babak Semifinal, Ibarat Final Kepagian bagi Indonesia