Guru adalah sosok penting dalam kehidupan ini. Kehadirannya ibarat cahaya yang mampu menerangi kegelapan. Lewat bimbingan guru, kita yang semula tak tahu apa-apa menjadi tahu banyak hal. Darinya, kita dapat meraih berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal mengarungi kehidupan. Karenanya, menghormati dan memuliakan guru adalah sebuah keniscayaan bagi kita.
Setidaknya ada dua kriteria guru. Guru yang selalu haus ilmu, dan guru yang sudah merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya. Guru yang baik dan profesional tentu guru yang selalu haus akan ilmu. Meskipun sudah menjadi guru, ia terus berusaha meningkatkan pengetahuannya. Misalnya dengan cara rajin membaca beragam jenis buku sebagai bekal mengajar anak-anak. Terlebih anak-anak diera digital seperti saat ini yang membutuhkan sosok guru yang memiliki pengetahuan dan pengalaman luas.
Guru yang malas membaca menandakan ia malas berpikir. Mengapa guru malas membaca? Apakah karena ia terlalu dimanjakan teknologi? Fenomena guru malas berpikir, menurut Asrul Right dalam buku ‘Survival Teacher’ (Nokath, 2021), umumnya bukan karena keasyikan menggunakan gawai, melainkan karena malas membaca. Hal ini selaras dengan fakta yang diungkapkan Indra Chrismiadji, seorang praktisi pendidikan. Dari sejumlah daerah yang dikunjunginya, ia menemukan masih banyak guru yang malas membaca. Kondisi ini tidak hanya terjadi pada daerah terpencil, tapi juga daerah perkotaan. Hal ini sangat memengaruhi kualitas pendidikan bangsa Indonesia saat ini.
Membaca merupakan hal penting yang mestinya dijadikan kebiasaan atau rutinitas, terlebih bagi mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan seperti para guru dan dosen. Membaca beragam jenis buku, selain meningkatkan keilmuan kita, juga menjadikan kita semakin dewasa dan bijaksana dalam menyikapi berbagai situasi dan kondisi. Utamanya ketika sedang mengajar dan menghadapi perilaku peserta didik yang karakternya beragam dan membutuhkan kesabaran ekstra.
Maka dari itu, seyogyanya setiap guru memiliki budaya membaca. Jangan jadi guru yang malas berpikir dan malas membaca. Luangkan waktu setiap harinya untuk membaca buku. Sisihkan uang setiap bulannya untuk membeli buku-buku. Terbitnya buku ini layak menjadi bacaan inspiratif para guru yang ingin meningkatkan kualitas keguruannya.
Sam Edy Yuswanto
Baca Juga
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
-
Ulasan Buku Jadilah Pribadi Optimistis, Lebih Semangat Mengarungi Kehidupan
Artikel Terkait
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
Di Antara Luka dan Pulih: Lika-Liku Luka, Sebuah Perjalanan Menjadi Manusia
-
Ulasan Novel Love, Mom: Surat Berisi Teka Teki Meninggalnya Sang Ibu
-
Raih Nobel Sastra 2024, Han Kang Siap Rilis Buku Baru 'Light and Thread'
-
Novel Petualangan ke Tiga Negara: Perjalanan Edukasi yang Sarat Pengetahuan
Ulasan
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an
-
The King of Kings Siap Tayang di Bioskop Indonesia Mulai 18 April
-
Review Film In the Lost Lands: Perjalanan Gelap Sang Penyihir dan Pemburu
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
Terkini
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Pengepungan di Bukit Duri
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab
-
Mengenal Chika Takiishi, Antagonis Wind Breaker Terobsesi Kalahkan Umemiya
-
4 Tampilan OOTD ala Tzuyu TWICE, Makin Nyaman dan Stylish!