Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | M. Fuad S. T.
Cut Mini, pemeran sosok Ibu Amri dalam film Kapan Pindah Rumah (dok. tangkapan layar film Kapan Pindah Rumah / KlikFilm)

Mengantarkan anak-anaknya menjadi pribadi yang baik dan mandiri adalah tugas dari setiap orangtua yang ada di dunia ini. Tak hanya secara materi, anak-anak yang dirawat sedari kecil juga harus diberikan bekal yang mumpuni agar bisa menjalani kehidupan mereka di tengah kerasnya persaingan di dunia ini.

Namun, sebagai orang tua, ketika anak-anak tumbuh dewasa dan memiliki kehidupan sendiri, tentu menjadi sebuah hal yang sangat berat. Terlebih jika sang orang tua bertindak sebagai orang tua tunggal karena sang pasangan telah meninggal dunia.

Penggambaran itulah yang diangkat oleh sutradara Herwin Novianto dalam film bergenre drama keluarga berjudul Kapan Pindah Rumah?. Film yang juga diangkat dari novel dengan judul yang sama ini mengisahkan tentang beratnya perasaan seorang ibu ketika harus ditinggalkan oleh anak-anaknya yang telah tumbuh dewasa dan berkeluarga.

Iya, bu Arum (diperankan oleh Cut Mini), yang memiliki tiga anak, yakni Cakra (Rezca Syam), Lulu (Clara Bernadeth), dan Naya (Mahalini) sejatinya merasakan sebuah kebahagiaan yang besar ketika di usia senja, dirinya masih bisa tinggal serumah dengan keluarga besarnya. Terlebih, para menantu dan cucu Bu Arum juga ikut serta tinggal di rumah peninggalan mendiang suaminya.

Permasalahan bermula ketika Cakra dan keluarganya harus pindah ke Bandung karena pekerjaannya menugaskan untuk ke sana. Otomatis, bu Arum yang merasakan hangatnya kebersamaan, harus dengan berat hati melepas sang putra dan keluarga.

Hal ini diperparah lagi dengan konflik susulan yang terjadi antara bu Arum dan Lulu yang ternyata juga ingin pindah dari rumah tersebut. Hal ini tentu saja membuat Bu Arum murka. Bagaimana tidak, dirinya belum bisa sepenuhnya menerima sang putra pindah ke Bandung, saat ini sudah harus ditinggal lagi oleh anaknya yang lain. Sontak saja, friksi di antara bu Arum dan Lulu pun terjadi.

Bahkan untuk menggagalkan upaya kepindahan anak-anaknya yang ingin menghuni rumah sendiri, bu Arum harus berpura-pura jatuh dan sakit pinggang hingga harus beristirahat total. Hal ini dilakukan bu Arum agar anak-anaknya berkumpul kembali di rumahnya, dan mengurungkan niat mereka untuk berpindah rumah.

Sejatinya, apa yang dilakukan oleh bu Arum merupakan penggambaran dari sebagian besar orang tua yang ada di dunia ini. Ketika usia telah beranjak menua, harta dan kedudukan bukanlah sebuah hal yang membahagiakan. Bagi mereka, kehangatan bersama keluarga, kepedulian anak-anak yang telah dibesarkannya dengan sepenuh hati, menjadi sebuah hal yang nilainya jauh lebih tinggi dari apapun yang ada di dunia ini.

Hanya sebuah harapan yang sederhana, namun seringkali tak terlaksana karena perbedaan pemikiran antara anak dan orang tua. Jadi, hari ini sudah melakukan apa nih untuk orang tua kita?

M. Fuad S. T.