Walau kami bukan anggota DPR atau para pejabat pemerintah yang sering punya agenda healing untuk menghilangkan stress atau kepusingan, atau agenda pemerintahan yang biasa disebut dengan perjalanan dinas. Tetapi, kami yang bukan siapa-siapa ini juga menyempatkan healing di pantai Taraujung, kecamatan Pamboang, kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar). Mungkin agenda kami tidak masuk kategori healing karena tidak terlalu pusing-pusing amat, cuman kami mencoba sesuaikan pada bahasa yang dipake dan rame di media sosial.
Iya, mungkin healing kami tak sekeren healingnya para pejabat pemerintah, menjelajahi tempat wisata berkelas di negeri ini, dan agenda sekelas seperti itu masih tertunda dipihak kami. Tentu healing kami tak ada yang lirik, dan tak seheboh pula healingnya para pejabat pemerintah yang kadang disorot oleh masyarakat. Tidak seperti yang telah heboh di media sosial, sejumlah pejabat pemerintah (Pemprov) Sulawesi Barat memamerkan foto bersepeda di Jakarta.
Mungkin saja banyak orang yang tidak sampai kepikiran bahwa pamer foto bersepeda oleh Pemprov Sulbar ternyata disoroti masyarakat, terutama kalangan pemuda. Ia dinalai bahwa agenda yang dilakukan itu tidak ada manfaatnya untuk rakyat, sementara banyak problem masyarakat yang seakan diabaikan. dengan begitu para pejabat Pemprov Sulbar telah mempertontonkan sikap ia lebih mementingkan hal sensional ketimbang urus masalah rakyat. Saya pikir itulah resiko para pejabat pemerintah, hal yang sudah mutlak selalu dituai sorotan oleh publik setiap ambil kebijakan sampai pada aktivitasnya.
Tanpa panjang lebar bicara healingnya para pejabat pemerintah itu, kami juga akan sedikit bercerita suasana healing di akhir pekan kami. Tentu saja kami tak mungkin disorot oleh publik, kami hanyalah masyarakat biasa yang berangkatnya dari gubuk di Linomaloga, Majene. Sebuah gubuk sederhana, tetapi bisa menjadi lumbung gerakan mahasiswa di kabupaten Majene.
Tepat hari Sabtu, 19 Maret 2022, bersama kawan-kawan GMNI Majene berangkat healing di pantai Taraujung di Pamboang, Majene. Sebenarnya kami berangkat bukan hanya kawan GMNI, tetapi ada dua orang yang bukan kader GMNI yang sudah bersaudara dengan kami, itu bukanlah soal. Kami berangkat bukan atas nama GMNI, tetapi atas dasar saudara.
Pagi kami berangkat ke pantai tersebut, dan menikmati healing kami hingga sore hari. Di pantai Taraujung Pamboang, kami menabur kebersamaan, bakar ikan dan makan bersama tepat di pinggir pantai, ada kesan tersendiri yang kami dapatkan.
Ikan yang kami bakar itu hasil tembak oleh bung Muid, soal menyelam di laut dan menembak ikan memang beliau sudah ahli, sudah banyak ikan yang ia dapatkan, baik itu untuk kami konsumsi sendiri dan ada juga yang sebagian dijual.
Selain kami bakar ikan dan menghabiskan waktu healing kami di pantai Taraujung, kami adakan juga panggung ekspresi. Panggung ekspresi dibebaskan setiap dari kami boleh membahas apa saja, berekspresi terserah, dan pembawaannya pun santai.
Itu kami agendakan karena bukan hanya healing semata, bukan pula bakar ikan saja, tetapi ada agenda produktif meskipun sifatnya tidak formal. Tetapi itu sangat bermanfaat bagi kami.
Panggung ekspresi, diawali dengan penampil pertama oleh bung Hasbullah, ia biasanya digelar atau disapa oleh syekh, orangnya humoris juga dan selalu dapat mencairkan suasana saat berkumpul. Di panggung ekspresi, ia menceritakan pengalaman selama masuk di GMNI Majene, dengan pembawaannya yang santai dan kadang membuat peserta terbawa suasana pula.
Satu persatu setiap dari kami tampil di panggung ekspresi, ada yang bahas tentang masalah organisasi dan keresahan yang dialami di organisasi, dan ada pula yang membahas sampai persoalan serius yang membahas masalah bidang keilmuannya di kampus.
Di akhir panggung ekspresi itu, bung Muid tampil sebagai penutup, selain beliau menyampaikan hal sifatnya kecil dari kebiasaan kami, juga sampai menyentuh pada soal ideologi. GMNI salah satu organisasi penganut ajaran Bung Karno menjadi penekanan pada panggung ekspresi itu telah disampaikan oleh bung Muid. Bung Muid mengatakan bahwa apakah kita ini pecinta bung Karno atau penganut ajaran bung Karno, kalau hanya pecinta bung Karno itu tidak ubahnya seperti suporter sepak bola saja, tetapi kalau pecinta ajaran bung Karno tentu bisa mengaplikasikan ajaran bung Karno itu dalam kehidupan. Meskipun itu sifatnya santai, tetapi setidaknya melalui panggung ekspresi tersebut ada nilai kebermanfaatan yang diperoleh.
Healing dan panggung ekspresi mesti bisa dibiasakan, selain kami ikut trendnya orang-orang untuk selalu pergi healing, panggung ekspresi juga sebagai media pembelajaran, mengasah kemampuan, dan mengevaluasi diri. Selamat berakhir pekan, dan jangan lupa untuk terus bersyukur.
Baca Juga
-
Estafet Jokowi ke Prabowo, Bisakah Menciptakan Rekrutmen Kerja yang Adil?
-
6 Alasan Kenapa Banyak Orang Lebih Memilih WhatsApp Dibanding yang Lain
-
6 Pengaturan di Windows yang Dapat Memaksimalkan Masa Pakai Baterai Laptop
-
7 Fitur Keamanan Android yang Bisa Lindungi Data Pribadi Kamu
-
4 Trik Tingkatkan Kualitas Audio di Laptop Windows
Artikel Terkait
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
-
Waktunya Healing, TPayLater Bakal Bikin Liburan Kamu lebih Mudah!
-
Ulasan Buku 'Bukan Dunia yang Keras, Mungkin Kita lah yang Terlalu Lunak'
-
3 Rekomendasi Tempat Melukat di Bali untuk Ketenangan Batin
-
10 Ide Healing Seru Bareng Teman Ala Gen Z
Ulasan
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Tumbuh Walaupun Sudah Layu
-
The Grand Duke of the North, Bertemu dengan Duke Ganteng yang Overthinking!
-
Menyantap Pecel Lele Faza, Sambalnya Juara
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
Terkini
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Kalahkan Shi Yu Qi, Jonatan Christie Segel Tiket Final China Masters 2024