Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy Yuswanto
Buku "The Doll" (Dokumentasi Pribadi/ Sam Edy)

Guru adalah sosok yang memiliki jasa yang begitu besar bagi kehidupan kita. Berkat para guru, kita akhirnya bisa memperoleh beragam ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan kita. Sebagaimana kita pahami bahwa ilmu pengetahuan itu ibarat cahaya yang akan menerangi kehidupan kita.

Guru yang baik, salah satu cirinya ialah berusaha memahami setiap karakter atau sifat murid-muridnya. Mengetahui karakter setiap murid tentu sangat penting, agar guru bisa menentukan cara yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran dan juga cara memperlakukannya dengan adil dan bijaksana.

Ada sebuah kisah menarik tentang guru yang menjadi idola para murid dalam novel The Doll karya Saran Ann (Dar! Mizan, 2019). Dalam novel tersebut dikisahkan sosok guru SMA bernama Bu Faras yang begitu dekat dengan murid-muridnya. Karenanya, tak heran bila para murid mengidolakan dan menyukai sosoknya. 

Saat mengajar, Bu Faras begitu profesional dan bersikap tegas, tapi di luar jam pelajaran ia adalah sosok yang santai, ramah, dan berusaha mengakrabi murid-muridnya. Bisa dibilang, Bu Faras adalah sosok guru sekaligus sahabat bagi murid-muridnya.     

Suatu hari, SMA tempat mengajar Bu Faras, menggelar acara Ulang Tahun yang ke-20. Meski belum lama berdiri, SMA 291 sudah melahirkan siswa-siswi yang membanggakan. Dalam perayaan yang cukup meriah tersebut, ada sesi acara tukar kado antar murid. 

Dari sekian banyak murid, ada satu orang yang mendapatkan kado sebuah boneka yang sebenarnya lucu tapi kemudian menjadi awal mula petaka bagi si penerima kado. Adalah Aretha, siswi yang menerima kado tersebut. Sejak menerima kado tersebut, satu per satu kejadian mengerikan dialaminya.

Pertama, ketika usai perayaan ulang tahun sekolah. Orangtua Aretha tak bisa datang menjemputnya. Sementara waktu sudah larut malam. Akhirnya, ia diantar oleh Bu Faras pulang dengan mengendarai sepeda motor. Di tengah jalan, sepeda motor tersebut mengerem mendadak saat ada dua buah benda berwarna hitam di tengah jalan. Ternyata setelah diperiksa benda tersebut adalah bangkai ayam dan burung gagak. Sepertinya, kedua bangkai tersebut sengaja baru diletakkan di jalan karena kondisi lehernya terbelah seperti baru disembelih.

Kedua, kejadian aneh dialami Bu Faras setiba di rumah. Pagi hari, Bu Faras dibangunkan oleh Via, adiknya. Kata Via, ia dipanggil oleh ibunya. Ibu mempertanyakan kenapa ada kepala burung di bagasi motor. Kenapa pula jok motor tersebut banyak darah keringnya. Tentu saja Bu Faras kaget dan langsung teringat kejadian semalam saat mengantar Aretha pulang.

Kejadian yang lebih mengerikan dialami langsung oleh Aretha. Yakni saat ia tengah berada di kamar mandi, tiba-tiba air dalam bak mandi berubah menjadi darah merah. Pintu kamar mandi pun tiba-tiba terkunci dan tak bisa dibuka. Penampakan perempuan menyeramkan yang muncul tiba-tiba dari bak mandi kian membuat Aretha panik dan histeris.

Saat di sekolah, Aretha juga mengalami kejadian yang tak kalah mengerikan. Tepatnya ketika ia merasa pusing, lalu muntah darah, bahkan ada pecahan kaca keluar dari mulutnya. Akhirnya, bersama Bu Faras, Aretha berusaha mencari jalan keluar atas semua kejadian mengerikan tersebut. Mereka berusaha mencari tahu, siapa sebenarnya murid yang telah memberi kado berisi boneka yang menjadi sumber kejadian-kejadian mengerikan tersebut.

Bagi penyuka novel genre horor atau misteri, novel The Doll bisa dijadikan sebagai pilihan. Meskipun bernuansa horor, tapi kisah yang disajikan Sarah Ann dalam novel tersebut menyelipkan pesan berharga buat para pembaca. Salah satunya tentang pentingnya seorang guru menjalin keakraban dengan murid-muridnya. Ketika seorang guru dekat dengan murid-muridnya, ia akan tahu persoalan yang dihadapi mereka dan selanjutnya berusaha membantu mencarikan jalan keluarnya. 

Sam Edy Yuswanto