Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw., kepemimpinan jatuh pada para Khulafau al-Rasyidin yakni Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn al-Khattab, Utsman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Keempat pemimpin tersebut layak menjadi penerus Rasulullah karena selama hidup Nabi Muhammad, mereka turut serta mendukung perjuangan beliau dalam menyebarkan agama Islam.
Utsman ibn Affan adalah khalifah ketiga dari Khulafau al-Rasyidin yakni setelah Abu Bakar dan Umar. Utsman adalah sosok pemimpin yang ramah dan berlimpah harta. Meskipun kekayaannya melimpah, ia tak pernah sombong dan angkuh. Ia senantiasa menjaga kemuliaan akhlaknya sehingga tetap tampil sebagai pribadi bersahaja. Di hadapan manusia, ia bersikap sebagai sosok yang lembut. Di hadapan Allah ia menjadi hamba yang sangat takut kepada-Nya.
Kepribadiannya yang ramah dan bersahaja inilah yang membuat umat menaruh hormat pada Utsman. Ia pemimpin yang senantiasa menjadi teladan bagi umat-umatnya. Kepribadiannya yang saleh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
Buku berjudul Ustman ibn Affan karya El-Sabil (2018) ini berisi ungkapan-ungkapan penuh motivasi dan inspirasi yang layak untuk dijadikan contoh dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ungkapan dan hikmah yang bisa menjadi pendorong untuk melangkah, bekerja, berjuang, dan juga berdakwah di jalan kebenaran sebagaimana diwariskan oleh para sahabat terdahulu.
Dalam salah satu ungkapan hikmah Ustman adalah tentang ajal. Menurutnya, sesungguhnya sesuatu yang sangat dekat dengan kita adalah ajal. Ketika sudah datang, ia tidak bisa ditolak dengan cara apa pun. Karena itulah, mengingat kematian adalah cara terbaik untuk mengikatkan kewaspadaan akan datangnya ajal. Dengan kewaspadaan, kita akan mampu melipatgandakan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari (halaman 18).
Ustman ibn Affan juga mengajak umatnya untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Apa yang kita dapatkan dalam hidup harus disyukuri bahwa itu adalah nikmat yang dititipkan Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya. Jangan sampai hati manusia itu kering dari rasa syukur kepada Allah. Seseorang yang kufur atas nikmat yang Allah berikan, maka ia akan dijauhkan dari rahmat Allah. Mensyukuri nikmat adalah bentuk terima kasih seorang hamba kepada Tuhannya karena telah diberikan begitu banyak nikmat dalam kehidupannya.
Sebagaimana kesenangan dan kebahagiaan, Allah juga memberikan ujian berupa masalah kepada hamba-hamba-Nya. Setiap orang diberi masalah sesuai kemampuannya. Karena itu, yakinlah bahwa tidaklah masalah itu datang, kecuali Allah sudah mempersiapkan diri kita mampu menghadapinya. Allah menurunkan ujian sebagaimana kita mampu menghadapinya. Setiap masalah itu pasti ada jalan keluarnya (hlm. 80).
Buku ini berisi 55 hikmah menggugah dari kehidupan seorang Ustman ibn Affan. Kehadiran buku ini diharapkan bisa menginspirasi sekaligus mengajak pembaca meneladani setiap ucapan dan perbuatan khalifah ketiga yang dikenal dengan orang yang tinggi rasa sosialnya, kedermawanannya, dan sifat pemalunya yang membuat dia begitu berwibawa di mata kaumnya. Sesuatu yang layak dicontoh bagi para pemimpin di masa sekarang dan masa akan datang.
Baca Juga
Artikel Terkait
Ulasan
-
Novel The Art of a Lie: Misteri Kehidupan Ganda Suami yang Telah Meninggal
-
Imajinasi Terjun Bebas Tanpa Batas dalam Buku Puisi Telepon Telepon Hallo
-
Ulasan Buku Bertemu Denganmu: Mari Bertemu Lagi, untuk Pertama Kalinya
-
Ulasan Novel Lewat Tengah Malam: Teror dan Misteri dari dalam Kulkas Bekas
-
Review Film Merah Putih: One For All, Terlalu Mentah untuk Dinikmati
Terkini
-
Diisukan Diincar Schalke 04, Akankah Thom Haye Pilih Karir di Liga Jerman?
-
4 Serum Retinol Harga Murah Rp40 Ribuan, Rahasia Awet Muda Bebas Kerutan!
-
BRI Liga 1: Menang di Markas Persita, Momen Kebangkitan Persebaya Surabaya
-
Sprint Race GP Austria 2025: Merayakan Kemenangan Satu Lusin Marc Marquez
-
Media Vietnam Puji Habis Timnas Indonesia U-17 Kalahkan Uzbekistan 2-0