Pram, itulah panggilan akrab Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis hebat yang selama ini dikenal luar biasa produktif. Dalam buku karya Aristo Farela ini diungkapkan bahwa karya-karya Pram menarik dinikmati kapan saja.
Menjadi catatan sejarah yang perlu dibuka di waktu berikutnya, menjadi cermin refleksi bagi perjalanan bangsa, hingga mencermati potret sosial yang bisa mengasah kelembutan kalbu.
Mengungkap esensi dasar hidup manusia; tentang kecintaan pada manusia, keluarga, dan bangsa; tentang potret lingkungan sosial; tentang ketidakadilan; menjaga harkat dan martabat; hingga kebahagiaan yang personal. Karya-karya Pram seolah lahir dari rasa yang mengendap lama, dicerna, dan kemudian meletup dengan tenaga dan kekayaan dalam kata (halaman 2).
Pram adalah penulis produktif. Lebih dari 50 karya ia hasilkan. Ia menelurkan banyak karya. Sebagian besar di antaranya justru lahir di penjara. Buku-buku yang ditulis sebagian merupakan fiksi, sebagian lagi non fiksi.
Pram menulis sastra dengan tugas sosial. Ia dikenal sebagai simbol dan pelopor sastra perlawanan. Namanya beberapa kali disebut dalam kandidat peraih nobel sastra dan satu-satunya wakil Indonesia yang mendapat kesempatan ini (halaman 3).
Aristo Farela menjelaskan, membaca karya Pram adalah mengikuti perjuangan politik Indonesia melalui penjajahan, kolonial dan rezim pasca-kolonial. Kita juga akan menikmati perjalanan sejarah lewat novel Arok Dedes, Tetralogi Pulau Buru, Di Tepi Kali Bekasi, Jalan Raya Pos Jalan Daendels, dan sebagainya.
Pram menawarkan sudut pandang baru dalam mengikuti sejarah. Ia membenci kolonial dan feodal. Ia berusaha memotret dan menggali sejarah dari sudut pandang rakyat bawah dan jelata. Ia menempatkan diri dalam polar yang berbeda. Bukan menulis sejarah dari sudut pandang pemenang atau penguasa (halaman 4).
Bagi Pram, keberanian adalah esensi dalam hidup. Tanpa keberanian, kita tak akan sanggup untuk melangkah. Tak akan maju. Sebagai penulis dan pengarang, ia mencatat untuk menulis pun butuh keberanian. Berani untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pemikiran dalam bentuk tulisan.
Keberanian untuk mengkritik sesuatu yang dianggap menyimpang. Keberanian untuk dibaca atau tidak dibaca orang. Keberanian untuk menyuarakan ketidakadilan, keberanian membebaskan diri, dan keberanian untuk merdeka (halaman 81).
Terbitnya buku Kata-Kata Pramoedya Ananta Toer untuk Indonesia yang berisi kisah hidup singkat Pram dan kutipan kata-kata yang menggugah ini layak dijadikan sebagai renungan yang berharga bagi para pembaca.
Tag
Baca Juga
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
-
Ulasan Buku Jadilah Pribadi Optimistis, Lebih Semangat Mengarungi Kehidupan
Artikel Terkait
-
Sejarah Sirkus OCI Taman Safari, Jadi Sorotan Publik karena Dugaan Eksploitasi
-
Ulasan A Wind in the Door: Perjalanan Mikroskopis Memasuki Sel-Sel Tubuh
-
Sejarah Telur Paskah dan Maknanya, Tak Hanya Melukisnya Warna-warni
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
Di Antara Luka dan Pulih: Lika-Liku Luka, Sebuah Perjalanan Menjadi Manusia
Ulasan
-
Desa Wisata Pulesari, Tawarkan Suasana Asri dengan Banyak Kegiatan Menarik
-
Ulasan A Wind in the Door: Perjalanan Mikroskopis Memasuki Sel-Sel Tubuh
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an
-
The King of Kings Siap Tayang di Bioskop Indonesia Mulai 18 April
Terkini
-
Anak Hukum tapi Stylish? 5 Look Simpel tapi Classy ala Ryu Hye Young
-
Serial Emily in Paris Season 5 Resmi Digarap, Mulai Syuting di Roma
-
4 Look Girly Simpel ala Punpun Sutatta, Cocok Buat Hangout Bareng Bestie
-
5 Rekomendasi Tontonan tentang Yesus, Sambut Libur Panjang Paskah 2025
-
BRI Liga: Borneo FC Harus Puas Berbagi Poin, PSM Makassar Nyaris Gigit Jari