Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Thomas Utomo
Gara-Gara Indonesia (DocPribadi/ Thomas Utomo)

Gara-Gara Indonesia adalah buku nonfiksi pertama  karya Agung Pribadi. Buku ini memuat fakta-fakta sejarah dunia yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan kiprah bangsa Nusantara (baca: Indonesia). Di masa lalu, ternyata warga Nusantara dan sumber daya alamnya memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sejarah dunia.

Misalnya: Benua Amerika ditemukan, salah satunya karena Indonesia (lihat halaman 3-6), Amerika Serikat kalah dalam Perang Vietnam, salah satunya juga lantaran Indonesia (halaman 11-14), pasukan Kubilai Khan (Mongolia) dipecundangi dan  kali pertama kalah di Indonesia (halaman 105-110), pasukan Napoleon Bonaparte kalah di Perang Waterloo, disebabkan oleh Indonesia (halaman 23-25).

Tidak cuma memaparkan peristiwa besar yang terjadi gara-gara Indonesia, buku ini juga menyingkap sejumlah keunikan Indonesia karena tampil beda di antara bangsa-bangsa lain di dunia. 

Umpamanya: bisa dibilang 'hanya' Indonesia satu-satunya bangsa terjajah di dunia yang merdeka karena perjuangan sendiri, karena jerih payah sendiri, mengorbankan keringat, darah, air mata, maupun harta tak terhitung jumlahnya (halaman 111-114). Tengok dalam lingkaran terdekat, Malaysia, Singapura, dan Brunei merdeka lantaran belas kasihan penjajah. Kemerdekaan mereka diperoleh dari hadiah penjajah Inggris.

Masih berkaitan dengan perkara tersebut, dari sekian bangsa yang dijajah, barangkali hanya Indonesia satu-satunya bangsa yang tidak memakai bahasa penjajah sebagai bahasa pengantar di tingkat nasional (halaman 119-121). Cermati lingkungan terdekat, Singapura, Malaysia, Brunei memilih bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa nasional mereka lantaran rantai sejarah yang terus melilit bangsa mereka, tak lain tak bukan karena Inggrislah yang pernah menjajah mereka sekian lama.

Tak hanya itu, buku ini juga menguraikan fakta sejarah tak terbantah betapa dalam banyak hal, Indonesia lebih hebat dari negara lain.

Contoh: Indonesia lebih demokratis, bahkan dari Amerika Serikat selaku kiblat negara demokrasi (halaman 131-138). Dilihat dari kacamata keadilan gender, Indonesia juga lebih dulu menghargai peran wanita dalam kancah masyarakat (halaman 151-154). Dalam hal keterwakilan perempuan di parlemen, sedari pemilu awal, Indonesia sudah mengizinkan perempuan berkiprah sebagai anggota dewan. Sementara Inggris, harus menunggu 220 tahun sejak merdeka, baru mengizinkan perempuan tampil sebagai wakil rakyat. Demikian pula Uni Sovyet, Belanda, Belgia, Italia, dan negara-negara maju lainnya.

Membaca buku ini, kendati isinya berupa sejarah, tidak membosankan atau membikin ngantuk layaknya membaca buku pelajaran sejarah. Selain karena penulis tidak bertele-tele dengan paparannya, pilihan bahasa relatif sederhana, juga karena muatan motivasi dalamnya.

Jadi membaca buku ini sama seperti membaca buku motivasi. Kita menengok masa lalu untuk membentang masa depan lebih mantap dan meyakinkan. Sebab itulah Gara-Gara Indonesia disebut sebagai buku historivasi alias buku histori bermuatan motivasi.

Cak Lontong, komedian terkemuka, dalam salah satu acaranya, juga menggunakan buku Gara-Gara Indonesia  sebagai bahan naik panggung.

Thomas Utomo