Setiap orang berhak menentukan pilihan terbaik dalam hidupnya. Memilih karier yang sesuai dengan bidang atau potensinya. Memilih hobi yang digemarinya. Termasuk memilih menikah atau tidak menikah.
Orang yang tidak, atau belum menikah, biasanya disebut kaum jomblo. Ada juga yang menyematkan panggilan “jomblowan” kepada laki-laki yang belum menikah. Dan panggilan “jomblowati” kepada perempuan yang belum menikah.
Saya yakin setiap orang memiliki alasan-alasan (yang tentunya beragam) ketika dia memutuskan untuk tidak menikah. Dan kita tidak berhak untuk menghakiminya, mencemoohnya, apalagi menuduhnya tidak menjalankan perintah agama, karena nikah, sebagaimana dijelaskan dalam buku Memilih Jomblo karya KH. Husein Muhammad ini, hukumnya ada lima macam: wajib, haram, makruh, sunnah (mustahab/nadb) dan mubah (boleh/pilihan). Kelima hukum ini tentu bergantung pada kondisi atau keadaan orang yang akan menikah.
Jadi, sebagai orang dewasa dan berpikir bijaksana, alangkah lucunya bila kita sampai mengolok-olok dan menghakimi kaum jomblo. Kita tidak tahu, dan tak perlu tahu, alasan mereka mengapa tidak atau belum kunjung menikah. Yang perlu kita pahami adalah bahwa setiap orang yang belum atau tidak menikah itu tentu memiliki alasan-alasan khusus (yang bisa jadi bersifat rahasia dan tak ingin bila sampai diketahui oleh orang lain). Tugas kita adalah menghormati keputusannya dan tak meremehkannya.
Dalam buku Memilih Jomblo ini diuraikan kisah para intelektual muslim yang tetap memilih jomblo dan terus berkarya hingga akhir hayat. Salah satu tokoh kenamaan yang dimaksud adalah Rabi’ah Al-‘Adawiyah Al-Bashriyyah. Lahir tahun 180 H. Betapa popularnya nama ini. Ia diingat orang, terutama dalam dunia sufisme, sebagai perempuan ikon cinta Tuhan (al-Hubb al-Ilahi).
Rabi’ah adalah sosok pengabdi Tuhan. Ia sering mengunjungi pengajian para sufi. Salah satunya yakni mengunjungi Hasan al-Bashri, pemimpin para sufi terkemuka di zaman itu.
Banyak teman yang mengolok-olok sikap hidupnya itu. Mereka seperti tak setuju dengan jalan hidup barunya. Rabi’ah mengatakan, “Duhai, Tuhan, mereka mencemoohku, lantaran aku mengabdi hanya kepada-Mu. Demi kemuliaan dan keagungan-Mu aku akan mengabdi kepada-Mu dengan seluruh darah dan napasku.”
Rabi’ah juga acap mengunjungi ahli fikih sekaligus sufi besar, Sufyan al-Tsauri, begitu pula sebaliknya, al-Tsauri sering mengunjunginya. Keduanya saling belajar dan terlibat dalam dialog-dialog cinta Tuhan yang sering membuat keduanya menangis dalam “khawf” (khawatir, cemas) dan “roja” (berharap akan kasih Tuhan).
Rabi’ah tak menikah dan tak ingin menikah dengan laki-laki siapa pun. Ia menolak laki-laki yang datang kepadanya, sekaya, sebesar, dan setinggi apa pun keilmuan dan kehebatan laki-laki itu. Seluruh hidupnya diliputi oleh gairah cinta kepada Tuhan, tak ada yang lain dan tak ingin yang lain.
Hari-harinya disibukkan untuk menyebut nama-Nya, memuji-Nya, menyucikan-Nya dan merindukan-Nya. Malam-malamnya dihabiskan untuk menjalin keintiman bersama-Nya. Hingga ia menjadi ikon Cinta Tuhan sepanjang sejarah.
Sangat menarik menyimak dan merenungi kisah para intelektual muslim yang tetap hidup melajang hingga akhir hayat. Membaca kisah-kisah mereka, dapat membuat kita dapat lebih bijaksana dalam menyikapi orang-orang yang belum kunjung menikah. Jangan sampai kita mengolok-olok, menganggap remeh pada mereka. Semoga ulasan ini bermanfaat.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Akhirnya Digelar, Pesta Pernikahan Aurelie Moeremans dan Tyler Bigenho Berlangsung Meriah
-
Ulasan Novel Re: dan Perempuan: Kisah Sunyi yang Paling Berisik di Hati
-
Perjuangan Ibu demi Susu Anak dalam Buku Perempuan yang Berhenti Membaca
-
Terungkap! Luna Maya dan Maxime Bouttier Ajukan Surat Nikah, Tapi Ada Permintaan Khusus Ini...
-
Siapa Dylan Meyer? Wanita yang Dinikahi Kristen Stewart Ternyata Bukan Orang Sembarangan
Ulasan
-
Kisah Inspiratif dari Out of My Mind, Melihat Dunia dari Perspektif Berbeda
-
Ulasan Film Night Bus: Perjalanan Menegangkan Lewati Zona Konflik Berbahaya
-
Ulasan Novel Menjadi: Sebuah Proses untuk Mengenal dan Menerima Diri
-
Review Buku Purple Eyes Karya Prisca Primasari, Bukan Kisah Romantis seperti Pada Umumnya
-
Review Film Aisyah - Biarkan Kami Bersaudara: Persaudaraan Lintas Iman
Terkini
-
Bawa Leeds United Promosi, Ternyata Pascal Struijk Bukan Pemain Indonesia Pertama di EPL
-
Jordi Amat Akui Belum Tahu Nasib di JDT, Bantah Rumor Hijrah ke Indonesia?
-
3 Alasan Mengapa Patrick Kluivert Harus Pertimbangkan Panggil Yakob Sayuri
-
Ajisaka, The King and The Flower of Life: Animasi Lokal yang Layak Tayang Secara Global
-
Pratama Arhan, Bangkok United dan Kans Ciptakan Memori Manis pada Musim Perdananya