Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Untung Wahyudi
Buku Surga yang Tak Dirindukan (dok.pribadi/wahyudiuntung)

Selama ini, topik poligami sering diulas di sejumlah media massa. Tak hanya itu. Beberapa lagu, buku, hingga film pun turut meramaikan isu poligami dengan berbagai sudut pandang. Dalam karya sastra seperti novel, tema poligami juga cukup sering dibahas. Tak sedikit pengarang yang mengangkat tema sensitif ini dalam novel yang digarap.

Sebelum ramai kisah (buku dan film) Layangan Putus yang menghebohkan netizen, beberapa tahun silam Asma Nadia sudah menerbitkan novel tentang poligami berjudul Surga yang Tak Dirindukan. Novel yang sebelumnya dimuat bersambung di sebuah majalah wanita ibu kota dengan judul Istana Kedua tersebut menarik perhatian pembaca dan tak sedikit yang mengulasnya di sejumlah media massa dan forum diskusi.

Surga yang Tak Dirindukan adalah sebuah novel keluarga yang bercerita tentang sosok Arini yang mengalami pengkhianatan dari sang suami bernama Prasetyo. Suaminya yang selama ini dibanggakannya ternyata membagi cintanya di luar rumah. Arini tak pernah menduga bahwa cintanya yang tulus dibalas dengan pengkhianatan yang menyakitkan. 

Sebagai perempuan biasa, Arini tentu merasakan bagaimana guncangan hatinya saat mengetahui suaminya berpoligami. Hati siapa yang tidak akan kecewa dan marah jika ada orang ketiga yang berusaha merebut cinta suaminya yang selama ini mencintai istri dan anak-anaknya? Di zaman ini, adakah perempuan yang rela dimadu, sebagaimana perempuan-perempuan pada zaman Nabi?

Novel ini menjadi salah satu novel laris sejak awal diterbitkan sekitar 2005. Novel ini juga sudah diangkat ke layar lebar dengan judul Surga yang Tak Dirindukan. Film ini pun mendapatkan apresiasi dari para penikmat film di Tanah Air. Meskipun kritik juga banyak dilayangkan terhadap film yang diperankan oleh Fedi Nuril dan Laudia Cintya Bella ini.

Kehadiran novel Surga yang Tak Dirindukan membuat kaum perempuan lebih mawas diri dan menjaga hubungan cinta dengan sang suami. Novel ini juga mengajak para istri dan suami untuk merenungi makna kesetiaan dalam hubungan suami istri. Ada kutipan menarik dalam novel ini yang bisa menjadi bahan renungan bersama:

“Jika cinta bisa bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tak cukup membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?”

Untung Wahyudi