Menulis adalah aktivitas menyenangkan yang berangkat dari hobi corat-coret diary atau buku harian. Banyak penulis mengaku bahwa sebelum menulis panjang seperti novel atau buku, mereka memiliki hobi mencatat setiap peristiwa dalam buku harian. Aktivitas ini biasanya melatih daya ingat dan kepekaan terhadap suatu hal yang terjadi di sekitar.
Sebagai penulis, sebagaimana dijelaskan dalam buku Be A Brilliant Writer, Afifah Afra juga mengalami pasang-surut saat berkecimbung dalam dunia kata-kata. Sebelum menulis sejumlah novel dan karya nonfiksi, Afifah memulia karier menulisnya dengan menulis di media massa. Cerpennya yang dikirim ke majalah Annida, salah satu majalah cerita remaja, untuk pertama kali dimuat dengan judul Pelangi Ibu. Cerpen tersebut mendapat perhatian dari pemimpin redaksi dan diulas dalam rubrik Galeri (bedah cerpen).
Dalam buku ini, Afifah Afra berbagi pengalaman menulis, dari bagaimana menanamkan niat dan motivasi menulis, hingga soal teknik menulis karya seperti artikel, cerpen, hingga novel.
Menurut Afifah, menulis bisa dimulai dari pengalaman pribadi. Menulis berdasarkan pengalaman biasanya akan lebih mudah dan lancar saat menuliskannya. Penulis tinggal memoles pengalaman tersebut dengan kata dan kalimat yang menarik sehingga berhasil menyita perhatian pembaca. Saat tulisan sudah berbentuk cerpen, puisi, atau artikel, bisa coba dipublikasikan di media.
Menulis juga perlu motivasi sehingga menulis punya tujuan. Jangan sampai kegiatan menulis hanya sekadar menulis sesuatu yang tidak bermanfaat, apalagi mendatangkan mudarat.
Motivasi seseorang menulis biasanya bisa ditanya pada diri masing-masing. Menulis apakah hanya untuk hobi, menyebarkan informasi, atau untuk mendapatkan penghasilan?
Dalam buku Segenggam Gumam, Helvy Tiana Rosa menjelaskan bahwa, menulis bisa diniatkan untuk menambah penghasilan. Artinya, menulis bisa untuk mendatangkan uang. Biasanya dari buku-buku yang diterbitkan, penulis akan mendapatkan royalti yang cukup menggiurkan, terutama jika penjualan bukunya bagus atau laris.
Selain berbagi ilmu seputar kepenulisan, Afifah juga berbagi pengalamannya bekerja di dunia penerbitan. Dari kariernya sebagai editor, hingga CEO sebuah penerbitan. Buku ini bisa menambah informasi seputar dunia perbukuan dan penerbitan yang akan membuat pembaca mengetahui lebih luas seluk beluk dunia kepenulisan dan penerbitan.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
-
Ulasan Buku Bob Sadino Karya Edy Zaqeus: Mereka Bilang Saya Gila!
Ulasan
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Bisa Self Foto, Abadikan Momen di Studio Terbesar Kota Jalur
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan