Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Rozi Rista Aga Zidna
Buku 'Apa yang Kita Bicarakan di Usia 26?' (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

Buku dengan judul Apa yang Kita Bicarakan di Usia 26ini, bukanlah buku sembarang buku. Buku ini memuat 15 cerita pendek yang mayoritas telah di-publish di media nasional, seperti Harian Republika, Media Indonesia, Majalan Ummi, Koran Utusan Borneo (Malaysia), Majalah Bahana (Brunei Darussalam), dan lain sebagainya. Maka, tak ayal jika buku karya Ade Ubaidil ini sangat diminati banyak pembaca. Sebab, kualitas isi yang tertuang dalam buku ini betul-betul tidak diragukan. Pilihan diksinya, pas. Ide cerita yang digali, sangat menarik. Sungguh kreatif. 

Salah satu cerita yang menarik perhatian saya adalah cerita yang telah dimuat di Harian Republika pada tanggal 20 Mei 2018. Cerpen tersebut bertajuk Imam Masjid. Cerita pendek ini mengisahkan tentang tiga calon imam yang akan dipilih oleh Kiai Djasim, tetua imam masjid di Kampung Cibelenger. Tiga calon imam masjid tersebut adalah Haji Masykur (seorang saudagar kaya raya), Ustaz Rasyid (pemilik pesantren), dan Haji Salim (seorang putra kiai terkenal di kampung itu).

Tiga kandidat imam masjid Kampung Cibelenger duduk bersebelahan. Sementara sorot mata warga yang ingin menyaksikan pemilihan ini tidak lepas dari tiga sosok di hadapannya tersebut. Menjadi imam masjid di kampung itu merupakan soal harga diri. Tidak sempurna keilmuan seseorang, selama belum menjadi imam masjid. Siapa yang menjadi imam masjid, maka ia akan sangat dihormati oleh seluruh warga.

Ketegangan pun terjadi saat tetua imam masjid (Kiai Djasim) menguji bacaan Alqurannya Ustaz Rasyid. Mendadak tubuh Ustaz Rasyid bergetar. Dadanya bergemuruh. Lidahnya tiba-tiba kelu. Bayangan di kepalanya sangat mengganggu. Wajah-wajah santrinya yang ia usir, bahkan yang pernah ia sabet karena tidak lekas memahami pelajaran, seketika menggelayut di kepalanya. Tak lama kemudian, tubuhnya limbung.

Saat tiba giliran Haji Masykur, mulutnya megap-megap seperti ikan mujair saat hendak baca basmalah. Suaranya tidak keluar meski ia berteriak hingga tenggorokannya kering. Kepalanya dibayang-bayangi wajah orang-orang yang sering ia hina ketika tak sanggup membeli barang dagangannya. 

Ketika tiba urutan Haji Salim, sekonyong-konyong mukanya pucat. Ia gagap mendadak. Matanya melotot. Badannya seolah membatu. Wajah almarhum abahnya hadir dan memberi nasihat agar ia bertobat, tidak lagi suka makan harta riba. Dan di akhir nasihat, ia menyuruh untuk memperhatikan Badrun, marbut masjid, yang pantas menjadi imam.

Masih banyak cerita-cerita lain yang sangat menarik di dalam buku ini. Di antaranya berjudul: Neraka di Kolong Meja, Budi Bertanya Soal Pancasila, Peramal Telapak Tangan, Balas Dendam kepada Adam, dan lain-lain. Intinya, buku ini ajib!

Rozi Rista Aga Zidna