Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang harusnya kita muliakan. Di dalam masjid, umat Islam bisa melaksanakan beragam ibadah, misalnya shalat lima waktu berjamaah, berzikir, membaca Al-Qur’an, melakukan pengajian berbagai kitab, dan lain sebagainya.
Memuliakan masjid mestinya selalu kita upayakan. Memuliakan dari hal-hal yang dapat mengotorinya atau hal-hal buruk lainnya. Salah satu cara untuk memuliakan masjid ialah dengan selalu menjaga kebersihannya, jangan sampai saat sedang digunakan shalat berjamaah kondisinya kotor dan berantakan.
Sebagai tempat ibadah, jangan sampai masjid dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal yang tak terpuji. Misalnya berkumpulnya laki-laki dan perempuan untuk bersenda gurau atau mengobrol hal-hal tentang keduniawian. Ironisnya bila sampai ada orang yang menggunakan masjid untuk berdua-duaan atau berpacaran di dalamnya.
Perihal kebersihan masjid yang harus selalu dijaga, dalam buku “Beginilah Shalat Nabi” karya Syaikh Mutawalli Al-Sya’rawi (ulama terkemuka Timur Tengah) dijelaskan:
Siti ‘A’isyah r.a. meriwayatkan, Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kita untuk membangun masjid di pelosok-pelosok (desa-desa atau kota-kota) dan memelihara kebersihannya serta menjaga agar masjid itu tetap wangi”.
Selain menjaga kebersihan masjid, terlalu berlebih-lebihan dalam menghiasi masjid juga sebaiknya dihindari. Dalam buku ini diuraikan, Islam membenci sikap yang terlalu berlebihan dalam menghias masjid dan memperindahnya, karena hal itu dapat memalingkan hati orang-orang yang sedang shalat, termasuk pada pemborosan yang dilarang, meniru orang non-Muslim, dan terdapat unsur riya yang tercela.
Syaikh Mutawalli menguraikan: Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Aku tidak pernah diperintahkan untuk memegahkan bangunan masjid.” Ibn Abbas berkata, “Kamu sekalian pasti akan menghiasi masjid-masjid itu sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani melakukannya.” Anas meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, “Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai manusia itu bermegah-megahan dalam masjid”. Anas Berkata, “Mereka bermegah-megahan dengan masjid-masjid itu, tetapi tidak ada yang memakmurkannya, kecuali sedikit saja.”
Sedangkan membuat indah masjid dengan batu yang diukir dan kayu yang baik, ini tidak apa-apa. Karena dinyatakan dalam Atsar bahwa Utsman membangun Masjid Nabawi dengan batu besar dan diperindahnya (halaman 95).
Hadirnya buku ini dapat menjadi tambahan rujukan bagi umat Islam, terkait tata cara shalat, adab saat hendak menuju masjid, dan lain sebagainya. Semoga ulasan ini bermanfaat.
Baca Juga
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
Artikel Terkait
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Belajar Menerima Trauma Masa Lalu dari Buku Merawat Trauma
-
Ulasan Buku Tahu Gak Tahu, Bahas Fenomena Sosial Lewat Ilustrasi yang Unik
Ulasan
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Tumbuh Walaupun Sudah Layu
-
The Grand Duke of the North, Bertemu dengan Duke Ganteng yang Overthinking!
-
Menyantap Pecel Lele Faza, Sambalnya Juara
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
Terkini
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Kalahkan Shi Yu Qi, Jonatan Christie Segel Tiket Final China Masters 2024