Sebelumnya, sudah ada dua novel tentang petualangan mendaki gunung, karya Azzura Dayana, yang diterbitkan Indiva Media Kreasi, yakni Altitude 3676: Takhta Mahameru dan Rengganis: Altitude 3088. Novel yang disebut pertama mengambil latar tempat (terutama) di puncak tertinggi tanah Jawa; Gunung Semeru. Sedangkan novel kedua, berlatar tempat Gunung Argopuro, salah satu gunung nonaktif di Jawa Timur.
Altitude 3159: Miquelli adalah novel ketiga yang mengambil topik serupa. Dalam novel setebal 288 halaman ini, perempuan penulis asal Sumatra Selatan ini mengajak pembaca untuk mendaki Gunung Dempo, yang terletak di antara Provinsi Sumsel dan Bengkulu, tepatnya di Kota Pagaralam.
Tersebutlah dalam pusaran cerita, tokoh Fathan dan Hilda. Dulu, keduanya bersahabat baik sejak bangku sekolah dasar. Perguliran waktu, menunaskan rasa ketertarikan di antara keduanya. Namun, Hilda secara 'semena-mena' merantas 'hubungan' dengan Fathan.
Hilda yang berlatar belakang keluarga the have, memilih kerap keluar rumah, menggendong ransel, mendaki gunung-gunung terkenal di penjuru Indonesia. Sedangkan Fathan yang berasal dari keluarga tidak mampu, di masa dewasa, bertransformasi menjadi 'orang sukses'. Sehari-hari, hidupnya diisi kegiatan 'mendaki' gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar dunia.
Tetapi satu momen, membuat Fathan mengejar Hilda, hingga kemudian, turut mendaki Gunung Dempo. Dalam perjalanan inilah, lewat ragam pengalaman yang terjadi, muncul refleksi juga renungan akan makna pendakian diri dalam membangun cita dan cinta.
Dalam novel ini, Azzura Dayana, seolah-olah menjadikan gunung sebagai alat bantu hubung persuasif untuk meneropong ke dalam diri, meneropong ke orang-orang sekitar, pun meneropong alam, guna menyelami hakikat kehidupan, kemanusiaan, dan interaksi dengan Sang Mahakuasa.
Misalnya, 'sehebat setangguh' apapun, manusia tetap tidak berdaya di hadapan alam yang sama-sama ciptaan Tuhan. Bahwa ketika alam mempertontonkan keganasannya, seperti kala Fathan dan Hilda terkurung badai hingga bertemu harimau gaib, hanya belas kasih sayang Tuhan semata yang dapat menyelamatkan.
Membaca novel ini juga akan mengasup pembaca dengan mitos-mitos juga cerita-cerita gaib seputar Gunung Dempo, seperti Si Lidah Pahit, Si Mata Empat, dan manusia kerdil. Sebagai insan beriman dan logis, mungkin kita bisa memandang sebelah mata kisah-kisah 'tidak logis' yang berkembang. Namun, tidak bijak rasanya jika menyepelekan bahkan mencemooh, karena bisa jadi kejadian gaib dalam pendakian gunung, menimpa kita.
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
-
5 Alasan yang Bikin Cowok Suka Cewek yang Apa Adanya!
-
Rekomendasi Drama Thailand Wolf: Mencari Arti Cinta Sampai Keliling Asia
-
Peruntungan Zodiak CINTA Rabu Besok 7 September 2022 untuk Zodiak Sagitarius, Zodiak Gemini, Zodiak Aries dan Zodiak Taurus
-
Ketahui 5 Perbedaan Antara Cinta dan Nafsu, Kamu Termasuk yang Mana?
Ulasan
-
Tomi Adeyemi Suarakan Rasisme Terhadap Kulit Hitam dalam Novel Children of Blood and Bone
-
Ulasan Novel As Good As Dead: Ketika Keadilan Harus Dibayar dengan Darah
-
Review Novel Kudasai: Ketika Harus Memilih Dua Pilihan Sulit dalam Hidup
-
Ulasan Novel The Do-Over: Hari Valentine yang Berubah Menjadi Mimpi Buruk
-
Ulasan Novel The Castle Karya Kafka: Potret Dingin Birokrasi yang Membungkam
Terkini
-
Persis Solo Kontrak Xandro Schenk, Bek Tangguh Jebolan Akademi Bergengsi
-
Jens Raven Pamit dari FC Dordrecht, Pelabuhan Baru Masih Jadi Misteri!
-
Final Piala Presiden 2025: Oxford United Lebih Meyakinkan Ketimbang Port FC, Calon Juara?
-
Slogan Sustainability Menjadi Kedok untuk Fashion Tak Bertanggung Jawab
-
Sprint Race MotoGP Jerman 2025, Marc Marquez Pembalap Next Level