Judul buku ini, terbilang panjang, terdiri dari sebelas kata, yakni: Kreativitas Guru dalam Menata Kelas Meningkat berkat Pembinaan dengan Teknik Komodial. Sebetulnya, buku ini adalah laporan best practices atau praktik baik yang dilakukan Dra. Dyah Budiarsih, M.Pd., pengawas TK/ SD di Koorwilcam Dindik Kembaran, Banyumas, Jawa Tengah.
Praktik baik ini dilaksanakan berangkat dari penelitian penulis, betapa persentase kreativitas guru dalam menata kelas, masih tergolong rendah.
Ini dibuktikan, pada akhir tahun ajaran 2017/2018, baru ada dua puluh lima kelas atau 42 % yang ditata dengan baik. Selebihnya, masuk dalam kategori kurang.
SD yang diteliti penulis, sejumlah lima, yakni SD Negeri Ledug, SD Negeri 1, 2, 3, 4 Dukuhwaluh. Kelima SD tersebut masuk dalam sekolah binaan penulis, selaku pengawas TK/ SD.
Namun, sesungguhnya, masih ada satu SD lagi yang mungkin sengaja tidak penulis masukkan dalam penelitian dan praktik baik, yakni SD Universitas Muhammadiyah Purwokerto, satu-satunya SD swasta di Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas.
Kembali soal penataan kelas, mengutip pernyataan Suharsimi, penulis menyampaikan bahwa, kegagalan atau ketidakberhasilan guru dalam tugasnya bukan lantaran guru kurap cakap menguasai materi pembelajaran, tetapi karena guru tidak tahu cara mengelola kelas.
Pengelolaan kelas, dimulai dari penataan kelas itu sendiri agar tampak rapi, indah, menyenangkan, serta kondusif untuk melangsungkan kegiatan pembelajaran.
Sebagaimana telah disampaikan di atas, sebagian besar kelas di sekolah binaan penulis, belum tertata dengan baik. Menurut penelusuran penulis, penyebabnya adalah guru malas, kurang kreatif, kurang pembinaan, kurang komunikasi, kurang motivasi, kurang koordinasi, dan kurang pengawasan serta pengendalian dari kepala sekolah dan pengawas.
Hasil introspeksi diri dan telaah pribadi, penulis menyimpulkan bahwa sebagai pengawas, dirinya harus melakukan pembinaan yang berbeda dari biasanya. Pembinaan agar guru mau menata kelas dengan baik akan dilakukan melalui teknik KOmunikasi, MOtivasi, koorDInasi, dan pengawasan/ pengendALian. Disingkat menjadi KOMODIAL.
Penerapan teknik tersebut selama satu tahun ajaran, kemudian membuahkan hasil yang menggembirakan. Menggunakan lembar pengamatan yang serupa dengan awal, penulis mendapati bahwa kelas yang sudah ditata dengan amat baik ada tiga belas ruang atau 22 %, kategori baik sejumlah empat puluh tiga ruang atau 73 %, dan kategori kurang ada tiga ruang atau 5 %.
Hasil wawancara dengan siswa maupun guru menunjukkan bahwa setelah kelas ditata dengan lebih baik, muncul perasaan senang, bangga, nyaman, menambah semangat belajar, dan kepedulian untuk saling menjaga pajangan kelas agar tidak rusak.
Catatan penting yang penulis tandaskan dalam buku ini adalah pengawas tidak boleh hanya menceramahi guru, tapi terutama adalah terus-menerus memotivasi, intens melakukan koordinasi, serta melakukan pengawasan yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian.
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
-
Pemprov DKI Akan Uji Coba Sekolah Swasta Gratis dari SD-SMA di 40 Lokasi, Minat?
-
Pemerintah Akan Renovasi 10.440 Sekolah di Indonesia
-
Menyibak Tabir Kemerosotan Pendidikan: Indonesia Perlu Berbenah
-
Merayakan Imajinasi Lewat Pameran Karya Visual dan Eksplorasi Kreatif
-
Menteri Ekonomi Kreatif Dukung Penuh Revisi UU Hak Cipta
Ulasan
-
Ulasan Novel Podcase: Misteri Suara Arwah yang Tiba-Tiba Muncul di Podcast
-
Review Film Grand Tour: Menelusuri Waktu dan Rasa Lelah dalam Pelarian
-
Unfinished Fate: Ketika Cinta Tak Sempat Dikenal tapi Harus Dijalani
-
As You Wish, Prince: Manhwa dengan Alur Ringan, Art Lumayan, Tapi Penuh Plot Hole
-
Tomia, Pulau Cantik dengan Ragam Wisata Alam di Wakatobi
Terkini
-
IU Rayakan Hari Anak dengan Donasi Rp1,76 Miliar bagi Anak Difabel
-
PRYVT, Underrated K-indie Band yang Lagu-lagunya Sukses Guncang Perasaan
-
6 Karakter Penting Pemeran Drama Korea Heavenly Ever After, Ada Kim Hye Ja
-
Persija Jakarta Babak Belur Lagi, Ricky Nelson Keluhkan Masalah Lini Depan
-
Lebih Tua 10 Tahun, Luna Maya Sadar Ada Konsekuensi Ditinggalkan Maxime Bouttier