Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Ismi Faizah
Buku rembulan tenggelam di wajahmu (Facebook/ Gege Elisa, Aktris Indonesia)

Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut marut kehidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada kita, lantas lembut berkata: "Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan, dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu?" 

Begitulah salah satu penggalan kalimat dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye yang mengagumkan. Kisah perjalanan tentang memaknai kehidupan.

Menceritakan kisah Ray seorang pria paruh baya pemilik kongsi bisnis terbesar, pemilik imperium bisnis yang menggurita terserang berbagai komplikasi penyakit yang menyebabkannya sekarat. Suatu keajaiban ia masih mendapatkan kesempatan untuk hidup dan memperbaiki segalanya. 

BACA JUGA: Rayyanza 'Cipung' Sakit di Qatar, Nagita Slavina Sibuk Cari Yoghurt

Kehidupan masa kecil yang Ray habiskan di panti asuhan tidaklah mudah. Penuh derita, pukulan pecut bilah rotan, kesakitan semua harus ia terima. Meski memiliki teman yang sangat peduli padanya, Diar, tetapi kebenciannya pada penjaga panti sok suci yang terobsesi bisa naik haji dengan menyelewengkan dana bantuan yang seharusnya untuk kebutuhan anak-anak panti, membuat Ray tumbuh melawan menjadi pemberontak hingga pergi meninggalkan panti asuhan setelah mencuri brankas milik penjaga panti. 

Tumbuh di jalanan, entah makan entah minum maupun mandi, entah tidur dimana tidak jadi soal asalkan dia terbebas dari perintah, amukan, makian penjaga panti. Kehidupan jalanan yang keras memaksa Ray untuk bisa memenuhi keinginannya serta mengisi perut dengan segala macam cara termasuk memalak, mencopet, mencuri hingga kecanduan berjudi.

Berawal dari terbaringnya Ray di rumah sakit selama enam bulan dengan berbagai macam alat yang dipasang di tubuhnya hingga akhirnya kondisinya menunjukkan progress yang baik, ditandai dengan tulisan hijau di mesin medis berdengking tepat saat jatuhnya bulir air mata gadis yatim piatu bernama Rinai, yang sekaligus mengundang hujan di malam takbir hari raya.

Ray tersadar namun bukan ruangan tempatnya terbaring yang ia lihat untuk pertama kali melainkan terminal. Tempat dimana ia menemukan kebebasan, rasa senang menjalani kehidupan meski dengan cara tak lazim, buruk di kala usianya masih remaja. 

Seseorang berusia sama dengannya tiba-tiba menyapa. Gurat wajahnya penuh kearifan. Berapa kali pun Ray bertanya siapakah sesungguhnya pria beruban tersebut selalu tidak ada jawaban lain selain ia terus menunjukkan ihwal perjalanan kehidupan yang Ray alami lengkap dengan potongan-potongan kisah yang luput dari pengetahuan si pasien yang sekarang merasa heran dirinya bisa bicara sekaligus berdiri padahal seingatnya dia telah lumpuh total dan pita suaranya hilang. 

Perjalanan mengenang kisah masa lalu Ray mengandung banyak pelajaran kehidupan yang mengagumkan. Betapa tidak dapatnya kita mengutuk dan berandai-andai tentang masa depan yang sejatinya ada dalam genggamanNya. 

Tere Liye berhasil menyampaikan pesan berharga dalam memaknai kehidupan melalui kisah sosok Ray yang memilukan dengan kalimat yang mudah dicerna. Bagaimana penulis memandang takdir tergambarkan jelas pada setiap penjelasan dari sosok orang tua beruban yang mendatangi Ray dalam mimpi menjelang ajalnya. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Saya pikir semua orang pasti pernah mempertanyakan mengapa mereka harus terlahir ke dunia, mengapa bernasib begini, mengapa berada di tempat ini, mengapa merasakan kesedihan, apakah hidup itu adil, pertanyaan yang menuntun kita untuk memilih marah lalu berbuat buruk atau menerima dengan lapang serta senantiasa berbuat baik. 

BACA JUGA: Aksi Merry Asisten Raffi Ahmad Dipuji Gegara Larang Rafathar Makan Bekas Mulutnya

Melalui novel yang dicetak pertama kali di tahun 2009 ini Tere Liye berbagi pandangan menyikapi takdir dengan cara luar biasa dengan kalimat-kalimat sederhana dan penjelasan logis bagaimana hukum alam tentang sebab-akibat yang telah ditentukan di dunia ini bagi seluruh makhluk baik yang hidup maupun benda mati tanpa bisa melanggar aturan main itu. Bagi manusia pun sama namun berbeda. Seperti kalimat yang dikutip dari halaman 83 buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu. 

“Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa merubahnya, kecuali satu : Yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir....Nanti kau akan mengerti, betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu. Apalagi kebaikan-kebaikan yang memang dilakukan dengan sengaja”. 

Kisah Ray tidak berhenti sampai disini. Petualangan yang panjang tentang kehidupan baru di rumah singgah, menjadi pencuri bersama plee, pertemuan dengan si gigi kelinci, serta terkuaknya kebahagiaan masa kecil yang terenggut keserakahan manusia. Benang merah kehidupan manusia satu dengan manusia lain yang saling berhubungan.

Bagi kalian yang ingin menemukan kembali makna hidup yang sesungguhnya, membaca novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu dapat mengajarkan kita bahwa kehidupan yang luas ini menyimpan begitu banyak misteri, memandang takdir sebagai bagian terbaik yang Tuhan beri bukan sesuatu untuk disesali.

Kisah fiksi yang sungguh memberikan kita semangat untuk selalu berprasangka baik pada kehidupan yang kita jalani. Bagian terakhir dari buku ini tentang mengapa kesempatan untuk hidup lagi diberikan kepada Ray akan dijelaskan. Jika kalian belum pernah membacanya dan penasaran kisah lengkapnya silahkan baca bukunya. Belilah yang asli untuk mendukung sang penulis. 

Video yang Mungkin Anda Suka.

Ismi Faizah