Laut Bercerita adalah novel yang lahir diilhami dari tulisan pengalaman nyata jurnalis Nezar Patria di majalah Tempo, Februari 2008, berjudul Di Kuil Penyiksaan Orde Baru.
Tulisan itu menyoroti peristiwa penculikan aktivis mahasiswa pada penghujung akhir kekuasaan Orde Baru dengan Nezar Patria sendiri sebagai salah satu korban.
Bertolak dari tulisan kesaksian Nezar, Leila Chudori kemudian mewawancarai banyak narasumber selaku korban, seperti Nezar Patria, Rahardja Waluya Jati, Mugiyanto Sipin, Budiman Sudjatmiko, Wilson Obrigados, Tommy Aryanto, Robertus Robet, Ngarto F., Lilik H.S., Usman Hamid, dan Haris, Azhar.
Novel yang telah dicetak ulang lebih dari lima puluh tiga kali (untuk edisi soft cover) dan lima kali (edisi hard cover) serta telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, baru-baru ini memperoleh penghargaan Book of The Year pada perhelatan Indonesia International Book Fair 2022, diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Sebelumnya, novel setebal x + 382 halaman ini memperoleh penghargaan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Novel ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, dipaparkan dari sudut pandang Biru Laut, mahasiswa UGM asal Solo yang mengisi hari-hari di samping kuliah, dengan menjadi aktivis, fokus kepada persoalan politik, pendampingan korban kekerasan aparat dan kesewenang-wenangan negara.
Aktivitas Biru Laut dan kawan-kawan dianggap subversif. Mereka kemudian diburu-buru sehingga harus bersembunyi, menyamar, menggelandang di mana-mana sampai akhirnya tertangkap.
Periode penangkapan sekaligus penyekapan menjadi masa horor, tatkala berbagai jenis penyiksaan (disetrum, dicambuk, dipukuli, ditelanjangi kemudian dipaksa tidur di atas balok-balok es, dan sebagainya) harus Biru Laut dan kawan-kawan terima demi menjawab pertanyaan penting: siapa aktor yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa, saat itu?
Bagian kedua, dituturkan dari sudut pandang Asmara Jati, satu-satunya adik perempuan Biru Laut: bagaimana dia dan keluarganya menjalani hari ke hari dengan terus menyunggi tanda tanya besar: di mana Biru Laut berada? Bagaimana keadaannya? Hidup atau matikah dia?
Membaca novel ini dan menyebarkan muatan isi di dalamnya adalah ikhtiar menyebarkan (salah satu) kasus pelanggaran hak asasi manusia berat di Indonesia, yang hingga kini tak jelas kelanjutan penanganannya?
Novel Laut Bercerita ini juga merekam sebagian kecil kesewenang-wenangan pemerintah Orde Baru yang nyaris tak demokratis dalam menjaga dan melanggengkan kekuasaan diktator militeristiknya.
Video yang Mungkin Anda Suka.
Tag
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film The Naked Gun: Komedi Slapstick yang Bikin Ngakak dan Nostalgia
-
Novel The Boldest White: Mengajarkan Anak Menjadi Pemimpin Lewat Kebaikan
-
Ulasan Novel Serial Killer Games: Rencana Licik dalam Balutan Hiburan Sadis
-
Buku The Proudest Blue: Ketika Hijab Jadi Simbol Keberanian dan Identitas
-
Studio Rosid: Menyusuri Jejak Ingatan dalam Sunyi yang Terawat
Terkini
-
Sinopsis The Wanted Detective, Drama China Terbaru Wang Xing Yue dan Julia Xiang
-
Nonton F1, Fabio Quartararo Terinspirasi dengan Cara Kerja Tim Ferrari
-
Rojali dan Rohana: Kisah Pilu di Balik Ramainya Mal, Siapa yang Salah?
-
Selamat! KPop Demon Hunters Resmi Jadi Film Animasi Terpopuler di Netflix
-
Jinyoung GOT7 Segera Bintangi Drama Baru, Karier sebagai Aktor Kian Melejit