Beberapa orang mungkin mengenal kukang sebagai salah satu satwa asli asia, khususnya di Indonesia yang terkenal suka beraktivitas di pepohonan. Sebagai satwa yang hidup di pepohonan, binatang ini tentunya memiliki kemampuan memanjant yang cukup baik. Selain itu, hewan tersebut juga masih berkerabat dengan kera karena masuk ke dalam ordo primata. Hingga saat ini ada 8 jenis kukang yang diketahui dan 6 spesies diantaranya berhabitat di kepulauan Indonesia.
Hewan yang masuk dalam genus Nyticebus tersebut dikenal sebagai mamalia pohon yang bergerak lambat meskipun memiliki kemampuan memanjat pepohonan yang cukup baik. Hewan yang seringkali ditemukan aktif pada malam hari ini juga memiliki beberapa fakta unik yang tentunya cukup menarik untuk diketahui. Berikut ini adalah beberapa fakta menarik dari kukang yang perlu kamu ketahui.
1. Merupakan Mamalia Beracun
Meskipun memiliki perawakan yang lucu dengan wajah yang menggemaskan. Namun, mamalia pepohonan ini dikenal merupakan satu-satunya mamalia dari keluarga primata yang beracun. Melansir dari jurnal penelitian Journal of Venomous Animals and Toxins including Tropical Diseases, kukang diketahui mampu memproduksi racunnya sendiri yang berasal dari kelenjar yang berada di lengannya. Cairan yang dihasilkan kelenjar di lengannya tersebut umumnya akan dijilati oleh kukang dan digunakan ketika dia menggigit predatornya atau hewan lain guna mempertahankan diri.
Kelenjar racun tersebut dapat menyebabkan rasa alergi setelah bercampur dengan air liur yang dikeluarkan oleh kukang tersebut. Efek samping apabila terkena racun tersebut cukup bervariasi, yakni mulai merasa gatal, terbakar, perih hingga dapat menyebabkan iritasi dan efek samping lainnya. Induk kukang juga memanfaatkan racun tersebut guna melindungi anaknya dengan menjilati sekujur tubuh anaknya dengan racun tersebut untuk perlindungan.
BACA JUGA: 15 Tahun Menjanda, Yuni Shara Salurkan Hasrat Seksual Hingga ke Belanda: Pas Kepengennya Aja
2. Sering Diperdagangkan Untuk Hewan Peliharaan
Satwa yang memiliki wajah cukup imut ini menjadi salah satu satwa yang terancam punah keberadaannya di alam liar. Beberapa jenis kukang bahkan status konservasinya sudah memasuki tahap kritis karena kian menurunnya populasi. Hal ini dikarenakan satwa tersebut seringkali diburu untuk dijadikan hewan peliharaan, diawetkan sebagai koleksi atau bahkan dikonsumsi. Umumnya kukang diperdagangkan di pasar hewan gelap sebagai satwa eksotik yang tentunya memiliki harga cukup tinggi.
Sebelum dijual, umumnya gigi taring dari kukang akan dicabut paksa untuk meminimalisir resiko tergigit dan menyebarkan racunnya. Hal inilah yang membuat usia kukang tidak dapat bertahan lama karena luka yang diakibatkan pencabutan gigi tersebut umumnya menyebabkan infeksi. Daging kukang juga seringkali dikonsumsi karena bagi sebagian orang dipercaya dapat menambah vitalitas. Hal tersebut membuat kukang dimasukkan ke dalam kategori Apendix I menurut Convention on International Trade in Endangered Species of wild fauna and flora yang penjualan hewan tersebut hanya bisa melalui penangkaran dan dilakukan secara ketat.
3. Dianggap Sebagai Hewan Pembawa Sial
Hewan yang juga dikenal dengan nama “Malu-Malu” karena memang tingkah lakunya yang merupakan hewan pemalu tersebut juga memiliki mitos yang dipercaya di beberapa masyarakat. Meskipun seringkali dijadikan hewan peliharaan, ternyata kukang dianggap sebagai hewan pembawa sial bagi siapapun yang memeliharanya. Mitos tersebut cukup kental di daerah Jawa Barat yang menganggap kukang adalah hewan penolak rezeki apabila dipelihara.
Melansir dari situs PopMama, mitos lain mengenai hewan ini adalah dianggap sebagai salah satu hewan dengan kekuatan sihir atau sebagai perantara ilmu hitam. Hal ini adanya kepercayaan bahwa bagian tubuh kukang dapat digunakan sebagai jimat untuk keperluan ilmu hitam dan dipercaya dapat mencelakai orang lain. Selain itu, hewan ini juga dianggap sebagai jelmaan iblis ketika ingin menyeberang ke dunia manusia. Namun, Ironisnya meskipun memiliki beragam mitos atau kepercayaan yang negatif tidak menyurutkan keinginan masyarakat untuk memburu hewan ini di alam liar sebagai barang dagangan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Calvin Verdonk Singgung Taktik Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, Ini Alasannya
-
Bersaing dengan 2 Seniornya, Apakah Arkhan Kaka Bisa Dilirik oleh STY?
-
Indonesia Perlu Waspadai Myanmar di AFF Cup 2024, Jadi Tim Kuda Hitam?
-
Titus Bonai Sebut Ada Perbedaan Kondisi Dulu dan Saat Ini di Tim Nasional Indonesia
Artikel Terkait
-
Jadi Dokter Hewan, Ini Detail Karakter Na In Woo di Drakor Motel California
-
Cek Fakta: Kementerian Pertanian Akan Impor Susu dari Vietnam Sebanyak 1,8 Ton
-
CEK FAKTA: Beredar Hasil Exit Poll LSI Keluar Sebelum TPS Ditutup, Pram-Rano Raih 55,8%, Benarkah?
-
Cek Fakta: Andika-Hendi Borong Sembako untuk Serangan Fajar?
-
Cek Fakta: Semua Penerbangan di Bandara Halim Ditunda, Gara-gara Selvi Ananda Mau Terbang ke Solo?
Ulasan
-
Love is A Promise: Berdamai dengan Trauma Demi Menemukan Cinta Sejati!
-
Ulasan Anime 'Gokusen': Ketika Petinggi Yakuza menjadi Guru Matematika
-
Kisah Persahabatan yang Mengubah Segalanya dalam Novel The Shark Caller
-
Ulasan Film 'Bila Esok Ibu Tiada', Ada Rahasia di Balik Senyum Ibu
-
Menggali Budaya dari Hidangan Sulawesi Selatan dalam Novel Kisah dari Dapur
Terkini
-
5 Cara Ampuh Mengusir Keinginan Ngemil di Malam Hari, Bye-bye Badan Melar!
-
Meskipun Max Verstappen Juara Dunia, Red Bull Tetap Tak PD Hadapi 2025
-
Farhat Abbas Tantang Denny Sumargo Buktikan Rencana Bagi-Bagi Uang Donasi Agus ke Orang Lain
-
Membangun Hubungan Ditengah Bencana Serangan Zombie dalam Film 'Zombieland'
-
Membangun Sikap Kritis dalam Menangkal Ulasan Palsu di Google Maps