Pada kurun waktu 1950-an hingga 1960-an, militer Indonesia tumbuh menjadi salah satu kekuatan besar di kawasan Asia tenggara. Bahkan, pada periode 1960-an kekuatan militer Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di belahan bumi selatan saat itu. Hal ini tidak terlepas dari pembelian banyak alutsista, khususnya dari blok timur yang membangun kekuatan militer Indonesia pada kurun waktu tersebut.
Di matra laut, kekuatan militer Indonesia didominasi oleh beragam persenjataan dari blok timur, khususnya buatan Uni Soviet. Mungkin bagi penggemar militer dalam negeri nama-nama seperti KRI Irian, kapal destroyer Skorry-class dan kapal cepat rudal Komar-class merupakan beberapa alutsista buatan Uni Soviet yang cukup terkenal pernah digunakan oleh TNI-AL atau yang dahulu bernama ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia). Padahal ada satu jenis kapal kombatan lain buatan Uni Soviet yang juga pernah digunakan oleh TNI. Kapal tersebut adalah Kapal Cepat Torpedo (Torpedo-boat) P-6 class.
Kapal Cepat Torpedo Yang Lahir Pasca Perang Dunia II
Kapal cepat torpedo atau torpedo-boat P-6 class merupakan salah satu kapal buatan Uni Soviet yang lahir pasca berakhirnya perang dunia ke-2. Melansir dari situs Warboats, kapal yang digunakan untuk berburu kapal selam tersebut dikenal dengan nama Project 183 ‘Bolshevik’. Kapal ini mulai didesain dan dibangun pada tahun 1949 setelah terinspirasi dari proyek kapal cepat torpedo Amerika Serikat di perang dunia ke-2 yang disumbangkan ke Uni Soviet melalui program lend-lease.
Kapal jenis ini mulai dibangun di tiga galangan kapal yang berbeda di Uni Soviet, yakni di Leningrad, Vladivostok dan Sosnovka. Kapal jenis ini juga diketahui dibangun pula oleh Tiongkok melalui program lisensi dan dikenal dengan nama Type 6602, Type 6702, Type 7702 untuk varian standar dan Type 55A yang merupakan varian pengembangan dari kapal standar tersebut. Desain dari kapal P-6 class tersebut juga diyakini digunakan sebagai desain awal dalam pengembangan kapal cepat rudal Komar-class yang juga digunakan oleh TNI-AL.
Kurang Diketahui Rekam Jejaknya di Tubuh TNI-AL
Kapal cepat torpedo P-6 class memang rekam jejaknya kurang begitu diketahui dalam tubuh TNI-AL. Hal ini berbeda dengan rekan sejenisnya yakni Jaguar-class yang merupakan kapal buatan Jerman yang cukup terkenal digunakan oleh TNI-AL. Kedatangan kapal P-6 class juga tidak begitu jelas sejak tahun berapa mulai digunakan oleh TNI-AL, kemungkinan kapal-kapal ini datang bersamaan dengan beragam alutsista dari blok timur lainnya pada awal dekade 1960-an. Melansir dari situs Wikipedia, Indonesia diketahui menggunakan 14 unit kapal cepat torpedo P-6 class dalam jajaran alutsistanya.
Kapal ini kemungkinan dibeli untuk persiapan dalam operasi Trikora di Irian Barat, meskipun tidak jelas apakah pihak TNI saat itu memperoleh kapal ini dalam kondisi baru atau bekas pakai negara lain. Jejak kapal ini dalam masa tugas TNI juga tidak terlalu diketahui. Kemungkinan kapal-kapal kelas ini juga turut dipensiunkan secara bertahap bersamaan dengan kapal cepat rudal Komar-class yang juga berasal dari Uni Soviet karena usia yang mulai menua dan susahnya dalam mendapatkan suku cadang.
Dipersenjatai Peluncur Torpedo Dan Meriam Kembar Otomatis
Sebagai kapal yang digunakan untuk memburu kapal selam dan serang permukaan ringan, kapal cepat torpedo P-6 class dipersenjatai dengan beberapa sistem persenjataan yang terbilang cukup berotot dimasanya. Kapal ini dilengkapi dengan 2 tabung peluncur torpedo 533 mm dan 8 unit bom kedalaman untuk peran anti kapal selam. Untuk sistem persenjataan permukaannya kapal ini dipersenjatai oleh meriam otomatis kembar 2M-3 25 mm sebanyak 2 unit.
Kapal ini diawaki oleh 14 orang awak dan dilengkapi dengan sistem radar buatan Uni Soviet. Kapal yang ditenagai 4 unit mesin diesel tersebut mampu berlayar dengan kecepatan maksimal 43 knots atau 80 km/jam. Untuk jarak jelajahnya sendiri sekitar 1.900 km. tentunya jarak jelajah tersebut terbilang cukup jauh untuk sebuah kapal dengan ukuran yang kecil.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Timnas U-17 Gelar TC di Bulgaria, Kode akan Banyak Pemain Keturunan Gabung?
-
Maarten Paes Cedera dan Tak Bisa Bela Timnas, 4 Pemain Ini Siap Gantikan!
-
Gabung FC Utrecht, Ini Harapan Punggawa Timnas, Claudia Scheunemann
-
Gagal Total di ASEAN Womens Cup, Kode Bagi PSSI Gelar Liga Putri Indonesia?
-
Piala Kemerdekaan 2025: 3 Fakta Unik Timnas Indonesia U-17 di Ajang Ini
Artikel Terkait
-
Daftar Harga Tiket Indonesia Vs Argentina Sudah Beredar, Erick Thohir Buru-buru Beri Klarifikasi
-
Berkat Sri Wahyuni, Nelayan di Juata Laut Bisa Dapat Pinjaman UMi BRI yang Ringan dan Fleksibel
-
Perjuangan Sri Wahyuni, Mitra Holding Ultra Mikro dalam Sediakan Akses Keuangan Formal di Kampung Nelayan
-
Melejit Lewat Extraordinary Attorney Woo, Begini Kabar Terbaru Kang Tae Oh
-
Keren! Baru 18 Tahun, Thanatorn The Wind Sudah Selesai Tugas Wajib Militer
Ulasan
-
Ulasan Novel Rumah Tanpa Jendela: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Kecil
-
Ulasan Novel A Farewell To Arms: Kisah Tentang Perang, Cinta, dan Kesetiaan
-
Ulasan Film War 2: Aksi Samurai hingga Drama yang Bikin Baper
-
Misteri Raibnya Para Penduduk dalam Buku Spog dan Spiggy di Planet Alotita
-
Ulasan Novel Snoop: Dilema Privasi di Balik Layar Teknologi
Terkini
-
Sinopsis Drama China Fell Upon Me, Tayang di iQIYI
-
Lembapnya Tahan Lama! 4 Toner Korea Hyaluronic Acid Bikin Wajah Auto Plumpy
-
Do What I Want oleh Monsta X: Rasa Bebas dan Percaya Diri Melakukan Apa Pun
-
Bye-Bye Pori-Pori Besar! Ini 4 Serum Korea yang Ampuh Bikin Wajah Halus
-
Bojan Hodak Akui Chemistry Persib Bandung Belum Padu, Imbas Perombakan?