Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy
Ilustrasi Buku ‘Dua Tangis Sejuta Damprat’. (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Buku berjudul ‘Dua Tangis Sejuta Damprat’ yang disusun oleh Aris Darmawan ini berisi sari-sari dari ratusan tulisan, berita dan kicauan Twitter Dahlan Iskan. Penulis sengaja menyortir pernyataan-pernyataan penting di dalamnya yang diharapkan bisa segera diserap dengan mudah oleh pembaca dan diambil nilai positifnya.

Menariknya, penulis buku ini sengaja mengemas dengan gaya bahasa santai dan ringan, karena memang tak terpikir untuk membuat sebuah buku yang serius dan berat. Penulis merancangnya agar mudah dibawa, dibaca, diserap, dibaca ulang, dibaca acak sesuai kebutuhan, atau bahkan sekadar menjadi bahan bagi Anda membuat lelucon.

BACA JUGA: Angkat 3 Sudut Pandang Berbeda, Novel 'Pintu Harmonika' Ajarkan Arti Ikhlas

Aris Darmawan menjelaskan bahwa Dahlan adalah sosok yang perjalanan hidupnya mewakili semua kelas. Ia lahir dan tumbuh dalam kemiskinan, remaja dalam hidup pas-pasan, dewasa dalam kerja keras yang luar biasa, paruh baya menikmati kesuksesan, dan mengabdikan hari tuanya untuk mengurus urusan negara ini sebagai seorang menteri.

Ada salah satu ungkapan menarik dari seorang Dahlan Iskan yang dapat membuat pikiran kita lebih terbuka dalam memandang hidup ini. Sebuah ungkapan tentang cara menyikapi kemiskinan yang pernah dialami olehnya. Begini ungkapannya:

BACA JUGA: Ulasan Buku 'Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah', Pentingnya Sikap Pemaaf

Apakah saya menyesali dilahirkan di keluarga miskin? Sama sekali tidak. Kemiskinan kami adalah kemiskinan struktural. Kemiskinan yang juga dialami banyak orang di lingkungan saya. Bahkan hampir di semua kampung saya. Di kabupaten saya. Juga di negara saya. Kemsikinan rame-rame. Kami bisa menikmatinya bersama”.

Ungkapan Dahlan tersebut mestinya dapat memotivasi siapa saja yang selama ini hidupnya merasa menderita karena kekurangan atau mengalami kemiskinan. Apa pun kondisi yang kita alami saat ini, mestinya berusaha kita nikmati saja, jangan mudah mengeluh, apalagi tidak mau mensyukuri segala apa yang telah kita miliki saat ini.

Miskin atau kaya, hanyalah soal sudut pandang. Setiap orang bisa berbahagia dengan cara masing-masing. Saya sepakat dengan ungkapan Dahlan Iskan, “Bukankah bahagia dan kecewa sebenarnya bisa kita ciptakan sendiri? Orang akan merasa bahagia kalau keinginannya tercapai. Orang akan merasa kecewa kalau keinginannya tidak tercapai. Maka, ini saya, untuk mencapai kebahagiaan sangatlah mudah: Jangan pasang keinginan terlalu tinggi. Jangan menaruh harapan terlalu banyak”.

BACA JUGA: Ulasan Buku 'Kuda Kayu Bersayap', Sikap Saling Menghargai dalam Bertetangga

Salah satu cara untuk lebih bijaksana dalam menyikapi kehidupan ini adalah dengan sering melakukan introspeksi diri. Melihat dan merenungi kembali segala hal yang telah kita lakukan di masa lalu. Selanjutnya berusaha untuk menjadi sosok pribadi yang lebih baik lagi.

Mungkin tak semua orang bisa melakukan introspeksi. Hal ini bisa jadi disebabkan karena kerasnya hati atau sikap egois yang bercokol dalam jiwanya. Bagi orang-orang yang kesulitan melakukan introspeksi, mungkin bisa membaca ungkapan menarik dari Dahlan Iskan dalam buku ini. 

Begini ungkapan beliau: “Gampang menertawakan diri sendiri pertanda gampang melakukan introspeksi. Orang yang hanya menertawakan orang lain pertanda awal bahwa dia sulit melakukan introspeksi untuk melihat kekurangan diri”.

Buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo ini menurut saya menarik dijadikan sebagai bahan merenungi diri atau introspeksi. Harapannya, setelah membaca buku ini, kita akan lebih bijaksana dalam menyikapi kehidupan ini.  

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Sam Edy