Nongkrong di kafe adalah salah satu kegiatan yang banyak dilakukan muda-mudi untuk mengisi waktu. Mulai dari sekedar mengobrol, rapat, hingga reuni.
Biasanya, pengunjung yang datang ke kafe selalu mengeluarkan nominal tertentu untuk bisa duduk-duduk santai dalam waktu yang lama. Namun anehnya, beberapa waktu yang lalu, alih-alih mengeluarkan uang, pihak kafe justru rela membayar orang untuk nongkrong di kafenya.
Melansir Instagram @habiskerjacom, pihak kafe mensyaratkan untuk datang 4-5 kali dalam seminggu dan 3-4 jam sekali datang. Sementara kisaran gaji yang ditawarkan adalah 70.000-100.000 per sekali nongkrong.
BACA JUGA: Belajar Menerima Emosi Diri Melalui Film Kartun Inside Out
Lowongan kerja paruh waktu ini tentu terlihat mengggiurkan. Terlebih saat ini mencari pekerjaan relatif lebih sulit dibanding dulu.
Mengapa ada kafe yang rela membuka lowongan kerja seperti ini? Simak uraiannya dalam artikel ini, ya!
Kafe yang sengaja membayar orang agar nongkrong di tempat usahanya memiliki tujuan agar kafe tersebut terlihat ramai.
Prinsip usaha seperti ini biasa disebut Bandwagon Effect, yaitu kecenderungan individu untuk memperoleh gaya, perilaku, atau sikap tertentu karena semua orang melakukannya.
BACA JUGA: Berprasangka Baik kepada Takdir Allah dalam Buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Efek Bandwagon ini membuat kafe yang disetting di tempat strategis, kemudian sengaja dibuat ramai, akan membuat orang lain penasaran akan tempat tersebut. Sehingga ia juga akan datang untuk mencari tahu, mengapa tempat tersebut bisa ramai.
Cara ini pun telah diterapkan oleh beberapa bisnis, salah satu yang paling terkenal adalah Mie Gacoan. Kuliner mie ini memang terkenal karena antriannya yang begitu panjang sehingga membuat orang lain penasaran untuk ikut mencoba kudapan pedas ini.
Namun, selain menerapkan Bandwagon Effect, pelaku usaha juga perlu memperhatikan competitor advantage, yaitu keunggulan produk yang dimiliki tetapi tidak dimiliki pesaing.
Seperti misalnya, harga murah dan rasa enak. Sehingga kualitas jempolan ini akan membuatnya unik dan berbeda.
BACA JUGA: Diperingati pada 8 Juli di Amerika Serikat, Berikut 3 Fakta Buah Blueberry
Fenomena ini pun menarik perhatian para warganet.
"Bini gue kalau warungnya sepi ogah mampir," komen warganet.
"Stategi bisnis itu ibarat taktik perang. Bisa berhasil bisa tidak," timpal yang lain.
"Kalau tipe gak sabaran, kalau antrinya panjang banget biasanya mending pilih tempat lain," ucap yang lain.
"Prinsip gue kalau warung punya cindo atau orang Arab makanannya pasti enak," tulis warganet.
Bagaimana menurutmu?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Tak Hanya Sesama Teman, Saat Guru dan Dosen Juga Jadi Pelaku Bully
-
Kisah Relawan Kebersihan di Pesisir Pantai Lombok
-
Viral Tumbler KAI: Bahaya Curhat di Medsos Bagi Karier Diri dan Orang Lain
-
Ricuh Suporter Bola hingga War Kpopers, Saat Hobi Tak Lagi Terasa Nyaman
-
Budaya Titip Absen: PR Besar Guru Bagi Pendidikan Bangsa
Artikel Terkait
-
Satpol PP DIY sudah Tindaklanjuti 14 Lokasi TKD Tak Sesuai Ketentuan, Ada Kafe hingga Kos-kosan
-
Remaja 15 Tahun Ungkap Strategi Lulus di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
-
Jersey Pratama Arhan Dijual di Indonesia, Bek Kiri Tokyo Verdy Dituding Jadi Alat Marketing Saja
-
Berjarak 8,4 KM dari Alun-alun Purwokerto, di Tempat Ini Dapat Menyantap Sajian Ditemani View Gunung Slamet
-
4 Tips Sukses Jualan di TikTok Menurut Pakar Marketing
Ulasan
-
Review Film Troll 2: Sekuel Monster Norwegia yang Epik!
-
Review The Great Flood: Kisah Kim Da Mi Selamatkan Anak saat Banjir Besar
-
Hada Cable Car Taif: Menyusuri Pegunungan Al-Hada dari Ketinggian
-
Ulasan Novel Janji, PerjalananTiga Santri Menemukan Ketulusan Hati Manusia
-
Review Film Avatar Fire and Ash: Visual Memukau, tetapi Cerita Terasa Mengulang
Terkini
-
Siluet di Tangga Saat Listrik Padam
-
Rel di Depan SMA 3: Gerbang Senja yang Tak Pernah Sepenuhnya Tertutup
-
5 Scrub Alami yang Bisa Kamu Dapatkan dari Dapur Rumah, Murah Meriah!
-
4 Inspirasi OOTD Kai EXO untuk Gaya Sehari-hari yang Simpel dan Fleksibel
-
Jejak Ketangguhan di Pesisir dan Resiliensi yang Tak Pernah Padam