Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sekar Aulia Cantika Putri
Kampung Malahing (Dok. Pribadi/Sekar Aulia Cantika Putri)

Indonesia merupakan negara maritim karena mayoritas  wilayahnya adalah perairan. Sebanyak 70% dari total luas wilayah Indonesia dikuasai oleh lautan dengan garis pantai sepanjang 99.000 km. Karena luasnya wilayah perairan lebih besar dibandingkan daratan, Indonesia memiliki potensi yang besar pada bidang kelautan dan perikanan. 

Hewan dan biota laut di perairan Indonesia sangat beragam, akibatnya banyak masyarakat Indonesia yang memilih bermata pencaharian sebagai nelayan, khususnya masyarakat yang tinggal di pesisir.

Salah satu perkampungan yang memilih nelayan untuk dijadikan mata pencaharian sehari-hari ialah masyarakat di Kampung Malahing, Kecamatan Tanjung Laut Indah, Kabupaten Bontang Selatan, Provinsi Kalimantan Timur.

Kampung Malahing memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan profesi nelayan. Sejak dibentuk pada tahun 1999, Kampung Malahing merupakan perkampungan yang didirikan untuk tempat peristirahatan bagi nelayan yang kemudian bertransformasi menjadi perkampungan penduduk.

Sebagai kampung yang berlokasi di tengah laut, Kampung Malahing memiliki produk hasil laut yang menjadi unggulan, yaitu Teripang, Rumput Laut, dan Ikan Bawis.

Produk hasil laut di Kampung Malahing memiliki potensi yang besar dan nilai ekonomi yang tinggi. Namun, disamping itu para pelayan juga menghadapi kendala ketika memproduksi hasil lautnya. Berikut ini adalah potensi dan kendala yang dihadapi nelayan dalam memproduksi hasil laut di Kampung Malahing

1. Teripang

Teripang (Dok. Pribadi/Sekar Aulia Cantika Putri)

Teripang atau mentimun laut merupakan biota laut memiliki nilai ekonomi yang tinggi dikarenakan Teripang mengandung banyak kandungan gizi, seperti karbohidrat, asam lemak, asam amino, vitamin, mineral, dan sterol.

Komoditas ini dikenal sebagai biota laut yang memiliki segudang khasiat bagi kesehatan, karena itulah Teripang banyak dicari di pasaran. Pasar terbesar bagi produk ini adalah masyarakat yang beretnis China, karena masyarakat China kerap mengonsumsi Teripang untuk dijadikan obat tradisional, bahkan Teripang mendapatkan julukan “Ginseng Keras dari Laut” dari masyarakat China.

Di Kampung Malahing, Teripang diolah dengan cara direbus lalu dikeringkan. Setelah kering, Teripang dijual kepada pengepul yang berada di kota-kota sekitar Kampung Malahing, beberapa kali Teripang dari Kampung Malahing diekspor ke China.

Di samping banyaknya potensi yang dimiliki oleh biota ini, para nelayan Teripang di Kampung Malahing juga menghadapi tantangan saat proses pencariannya, yaitu karena banyaknya permintaan Teripang di pasar, semakin banyak pula nelayan yang mencari Teripang di daerah sekitar Kampung Malahing.

Oleh sebab itu, jumlah yang didapatkan oleh nelayan di Kampung Malahing berkurang daripada sebelumnya karena berbagi dengan nelayan dari daerah lain. Hal ini pun memengaruhi berkurangnya pendapatan yang didapatkan oleh nelayan Teripang di Kampung Malahing.

2. Rumput Laut

Rumput Laut (Dok. Pribadi/Sekar Aulia Cantika Putri)

Rumput laut merupakan sumber daya hayati yang memiliki banyak kandungan antioksidan yang baik untuk kesehatan. Selain itu, tanaman laut ini juga memiliki nilai jual yang tinggi karena besarnya potensi untuk dijadikan berbagai macam produk olahan seperti makanan ringan, obat tradisional, produk kecantikan, sampai pada bumbu masakan. 

Di Kampung Malahing, rumput laut diolah menjadi berbagai macam produk seperti amplang dan sabun. Selain diolah menjadi suatu produk, warga kampung ini juga menjual rumput laut yang masih mentah ke berbagai perusahaan yang kemudian akan diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual.

Namun, di samping bervariasinya produk yang dapat dihasilkan dari rumput laut, nelayan rumput laut Kampung Malahing menghadapi tantangan berupa sulitnya mencari tanaman yang masih satu keluarga dengan alga ini. Hal ini dikarenakan cuaca yang cenderung ekstrim menyebabkan penurunan kualitas rumput laut di Kampung Malahing. 

3. Ikan Bawis

Ilustrasi Ikan Bawis (Unsplash.com/Sebastian Pena Lambarri)

Salah satu produk unggulan yang dihasilkan oleh Kampung Malahing adalah ikan bawis. Bahkan, warga kampung ini sangat familiar dengan ikan ini karena seringnya mengonsumsi ikan bawis. Uniknya, ikan yang memiliki banyak tulang ini merupakan komoditas asli asal Bontang.

Ikan bawis memiliki kandungan protein yang sangat tinggi dan bagus untuk kesehatan terutama untuk menjaga kekuatan tulang. Selain itu, rasa ikan bawis yang cenderung gurih membuat ikan ini banyak digemari oleh masyarakat Kampung Malahing. 

Biasanya, ikan bawis di Kampung Malahing akan diolah menjadi hidangan Gammi Bawis yang merupakan makanan khas dari Bontang untuk disajikan kepada turis yang datang ke kampung ini. 

Sayangnya, ikan bawis tidak disarankan untuk sering dikonsumsi karena kandungan mikroplastik yang terdapat di dalamnya. Dalam jurnal ilmiah yang ditulis oleh Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, ikan bawis mengandung 68 partikel mikroplastik yang tentu akan berbahaya bagi tubuh apabila terlalu sering dikonsumsi karena dapat menimbulkan penyakit kanker, iritasi saluran pencernaan dan tumor. 

Tiga komoditas unggulan yang sudah dijelaskan di atas merupakan hasil laut tangkapan yang memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan perekonomian warga di Kampung Malahing.

Namun, karena kurangnya pemahaman mengenai sistem penjualan yang baik dan benar serta menguntungkan, membuat warga Kampung Malahing kesulitan untuk mendapatkan konsumen jangka panjang.

Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah setempat untuk memberikan pembinaan dan penyuluhan guna meningkatkan penjualan hasil laut di kampung yang memiliki potensi besar ini. 

Sekar Aulia Cantika Putri