Novel Pergi adalah sekuel dari novel dengan judul "Pulang" yang ditulis oleh Tere Liye. Di novel ini, petualangan tokoh utama yang bernama Bujang, alias Agam kembali berlanjut.
Bujang yang saat ini berada dalam posisi sebagai Tauke Besar di keluarga Tong mendapat masalah dari keluarga Shadow Company yang lainnya, yakni kelompok El Pacho.
Berdasarkan novel sebelumnya, dijelaskan bahwa Shadow Company yang berada di Asia Pasifik itu terdiri atas beberapa kelompok, di antaranya adalah keluarga Tong dan El Pacho.
El Pacho mencuri teknologi prototype pendeteksi serangan cyber yang sebelumnya didanai oleh keluarga Tong. Hal itu tentu saja membuat Bujang murka dan berniat merebut prototype itu kembali.
Maka tak pelak, El Pacho dan keluarga Tong terlibat perseteruan panjang. Yang lebih memiriskan bagi Bujang, Master Dragon yang merupakan kepala keluarga dari Shadow Company yang seharusnya menjadi penengah dari masalah tersebut, malah memihak El Pacho.
Terlibatnya Master Dragon tentu saja membuat Bujang sangat kewalahan. Karena lawannya kali ini adalah seseorang yang berada dalam tataran tertinggi dalam keluarga Shadow Company tersebut.
Namun pada akhirnya, setelah melalui perjuangan dan bertarungan sengit, Bujang bisa berhasil merebut prototype itu kembali.
Nah dalam cerita ini ada beberapa hal yang menarik, khususnya kemunculan tokoh baru yang bernama Diego, yang ternyata adalah saudara tiri Bujang. Hadirnya Diego membuat Bujang mengetahui kisah masa lalu orang tua dan keluarganya.
Menelusuri petualangan Bujang di novel Pergi ini akan membawa pembaca pada banyak refleksi mengenai keluarga, jati diri, dan juga tujuan hidup.
Banyak pesan moral yang juga dihadirkan lewat adanya tokoh Tuanku Imam yang sedikit banyak menyentuh hati Bujang. Utamanya mengenai hakikat keberadaan manusia di dunia ini, dan hendak ke mana akan pergi.
Sebagaimana Bujang yang telah melalui pertarungan demi pertarungan dalam hidupnya, yang pada dasarnya ia juga mempertanyakan mengenai eksistensinya di dunia. Setelah ini akan ke mana?
"Saya hanya ingin menjadi seperti yang saya bilang. Berpindah tempat, terbang ke mana-mana, menggunakan seluruh kecerdasan dan ketangguhan fisik untuk menyelesaikan misi. Itu keren sekali. Menjadi seseorang yang tersenyum di balik semua kepalsuan hidup, saya ingin menegakkan kebenaran dan keadilan.”
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Resensi Novel Slammed, Pelajaran tentang Hidup dan Kematian
-
Ulasan Novel 3 Anak Badung, Mencari Jejak Ibu Kandung
-
Ulasan Buku Crazy Rich Asians, Kisah Keluarga Kaya Tujuh Turunan
-
Ulasan Novel Totto-Chan, Mengulik Parenting dan Sistem Pendidikan yang Unik
-
Ulasan Novel Harga Sebuah Percaya, tentang Menjemput Sebuah Takdir Terbaik
Ulasan
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
-
Review Film Qorin 2: Kritik Kasus Perundungan Lewat Teror Jin!
-
Stop Victim Mentality! Insights Akbar Abi dari Buku Berani Tidak Disukai
Terkini
-
Hadapi Myanmar, Timnas Indonesia U-22 Pertaruhkan Dua Hal Sekaligus
-
Dari Innisfree hingga COSRX: Panduan Memilih Skincare Korea Halal BPOM
-
Kim Hye Yoon Buktikan Julukan 'Peri Chemistry' Lewat Drama No Tail To Tell
-
Ada Ivar Jenner, Ini 3 Pemain Pilar Timnas Indonesia untuk Kalahkan Myanmar
-
Jennifer Lawrence dan Josh Hutcherson Kembali, Fans Hunger Games Bersorak