Apakah kamu pernah merasa terlambat untuk menemukan bakatmu yang sesungguhnya? Atau saat ini kamu sedang berada dalam fase kebingungan dalam menentukan apa yang akan menjadi pilihan masa depanmu?
Jika iya, ada satu rekomendasi buku yang bisa menjadi referensi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Buku yang berjudul Range, yang ditulis oleh David Epstein.
Buku ini termasuk ke dalam genre self improvement yang populer karena pernah meraih penghargaan sebagai New York bestseller.
Hal yang menjadikan buku ini menarik adalah pembahasan utama mengenai Generalis vs Spesialis. Selama ini kita meyakini stigma bahwa seseorang hendaknya melatih bakat yang ia miliki sedini mungkin. Berlatih dengan 10.000 jam akan membuat seseorang ahli di bidangnya.
Misalnya seorang anak yang telah menunjukkan bakat bermusik sejak balita, maka hal tersebut seharusnya menjadi sesuatu yang harus terus diasah dan dikembangkan sehingga ia bisa menjadi profesional di masa depan.
Dengan fokus pada satu bidang, artinya ia sebaiknya tidak memecah konsentrasinya untuk memikirkan hal yang lain agar ia bisa menjadi sosok yang spesialis di bidangnya.
Menampik hal tersebut, David Epstein memaparkan teori yang sebaliknya. Bahwa ada banyak kasus ketika ternyata sosok yang generalis memainkan peranan penting dalam kehidupan baik itu di bidang olahraga, seni, sampai ilmu pengetahuan.
Utamanya mengenai sesuatu yang bersifat kompleks. Seorang generalis dinilai lebih mampu untuk mengaitkan banyak hal, kreatif, dan melihat sisi yang tidak mampu ditangkap oleh para spesialis yang mendedikasikan waktunya hanya untuk fokus di satu bidang saja.
Nah jika kamu sampai hari ini belum tahu spesialisasimu ada di bidang apa, buku ini bisa menjadi penghiburan dan referensi yang bisa membuka pikiranmu.
David Epstein juga memaparkan berbagai penelitian yang berkaitan dengan hal ini. Bahwa orang-orang yang generalis terkadang adalah mereka yang terlambat untuk menemukan di mana kaki mereka berpijak. Mereka juga sering kali ditimpa kegagalan demi kegagalan yang justru membuat mereka banyak belajar.
Ada kalanya seseorang memang harus memandang banyak hal sebelum pikirannya benar-benar terbuka akan sesuatu yang menginspirasinya menuju karier yang tepat.
Tidak ada salahnya untuk banyak mencoba hal baru, mengeksplor segala hal yang menarik, dan berpikiran terbuka dengan banyaknya gagasan di luar sana.
Lalu, biarkanlah dirimu memilih sesuatu yang benar-benar membuatmu bersemangat untuk menjalankannya tanpa harus terpengaruh dengan tendensi sosial.
Bagaimana, tertarik untuk membaca buku ini?
Baca Juga
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
-
Ulasan Buku The Little Furball, Kisah Manis tentang Menghadapi Perpisahan
-
Ulasan Buku I'm (not) Perfect, Menyorot Ragam Stigma tentang Perempuan
-
Ulasan Buku Dolpha: Empat Anak Sahabat Laut, Petualangan Seru Anak Pesisir
-
Ulasan Buku 365 Ideas of Happiness, Ide Kreatif untuk Memantik Kebahagiaan
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
-
Ulasan Novel The One and Only Bob, Kisah Berani Bob sang Anjing Kecil
Ulasan
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
Terkini
-
Asnawi Mangkualam Perkuat ASEAN All Stars, Erick Thohir Singgung Kluivert
-
Cinta dalam Balutan Hanbok, 4 Upcoming Drama Historical-Romance Tahun 2025
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Stray Kids Raih Sertifikasi Gold Keempat di Prancis Lewat Album HOP
-
ASTRO & Friends 'Moon' Ungkapan Cinta dan Kerinduan untuk Mendiang Moonbin