Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Foto Film Jendela Seribu Sungai (IMDb)

Film Jendela Seribu Sungai, yang diadaptasi dari novel karya Miranda Seftriana dan Avesina Soebli, sudah rilis di bioskop tanah air tercinta pada 20 Juli 2023. Dibintangi oleh Halisa Naura, Bima Sena, dan Sheryl Drisanna Kuntadi, "Jendela Seribu Sungaiā€ juga menampilkan ensemble cast yang mencakup nama-nama seperti Agla Artalidia, Olla Ramlan, Ajil Ditto, dan banyak lagi.

Filmnya menggambarkan perjuangan tiga anak: Kejora, Arian, dan Bunga, yang memiliki mimpi besar tapi dihadang oleh keinginan orangtua masing-masing. Ada Kejora, anak pintar matematika, terpaksa melanjutkan tradisi keluarga menjadi balian (sejenis tabib), lalu ada Arian, yang bercita-cita sebagai seniman kuring, harus mengatasi hambatan dari orangtuanya. Setelah itu ada Bunga, anak berkebutuhan khusus, dilarang mengejar cita-cita menjadi penari. Meskipun dihadapkan pada tekanan orangtua, Bu Guru Sheila tetap membimbing dan membantu ketiga anak ini mewujudkan impian mereka.

Ulasan:

Film Jendela Seribu Sungai, hadir dengan cukup low-profile sejak awal. Kurangnya pemberitaan dan nggak adanya bintang besar memberikan kesan bahwa film kurang jadi sorotan utama. Secara komersial, film ini terlihat sederhana dan terikat oleh hal klise tanpa sentuhan khusus yang menonjol.

Meskipun begitu, film ini menghadirkan elemen budaya yang melekat, memberikan dimensi tambahan yang mampu membuatnya tetap dapat diterima meski mengusung konsep yang sudah umum. Namun, storytelling dalam film ini terasa agak terlunta-lunta dan episodik. Akan tetapi, perlu diakui bahwa terdapat elemen menarik dalam film ini. Yaitu; filmnya mampu menghindari kesan menggurui, juga berhasil menyelipkan kalimat-kalimat inspiratif dengan keanggunan yang membuatnya nggak terdengar terlalu didaktik.

Dari segi naskah, film ini menunjukkan usaha untuk menjaga keseimbangan antara sudut pandang bagian kuno dan bagian modern. Ini adalah poin positif karena memberikan keragaman dalam narasi, mengundang penonton untuk melihat dari perspektif yang berbeda-beda. Akting para pemain bagiku lumayan. Akan tetapi, penggunaan logat Banjarmasin yang digunakan, nggak bisa dinilai karena aku bukan berasal dari sana.

Satu aspek yang cukup mencolok dan agak aneh adalah penggunaan efek CGI dalam film ini. Asli, itu kejutan banget, sih. Iya, film yang awalnya terlihat sederhana ternyata menyematkan cukup banyak efek visual. Nggak bisa dipungkiri, beberapa di antaranya terasa agak nggak pas, bahkan lucu, yang akhirnya emosinya jadi kurang sampai. 

Seiring dengan kehadiran efek CGI yang mengejutkan, film ini juga memberikan kejutan positif dalam penyajian pesan-pesan moral. Meskipun klise, cara film ini mengangkat tema perjuangan anak-anak yang terhalang oleh keinginan orangtua berhasil menyentuh hati penonton.

Pada akhirnya, Film Jendela Seribu Sungai, memberikan pengalaman yang cukup seimbang. Bagi penonton yang lebih memilih film dengan nuansa santai dan nggak terlalu mempermasalahkan aspek teknis, dapat dapat menjadi pilihan yang memuaskan. Dengan skor 6/10, film ini mungkin nggak mencuri perhatian secara besar, tetapi tetap memberikan nilai hiburan yang layak. Selamat menonton, ya!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha