Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Adela Puspita
Sampul novel buku Antares karya Rweinda (Gramedia.com)

Antares mengisahkan tentang dua remaja SMA yang saling mencintai. Salah satu tokohnya adalah Antares Sebastian Aldevaro yang akrab dipanggil Antares. Sementara itu, tokoh lainnya adalah Zeanne Queensha Bratadikara yang sering disapa Zea.

Antares adalah sosok yang dapat dianggap sebagai siswa berandal dan pengacau di sekolahnya. Selain bersikap kasar dan sering melakukan intimidasi, Antares juga dikenal sebagai ketua geng motor yang dikenal sebagai Calderioz.

Meskipun perilakunya yang nakal, Antares memiliki penampilan yang tampan dan memikat, mirip dengan Dewa dalam mitologi Yunani.

Novel Antares ditulis oleh Rweinda yang memiliki kemampuan untuk menggabungkan dua unsur yang mungkin dirasakan dekat dan disukai oleh kalangan remaja.

Kisah remaja yang melibatkan aspek kehidupan sekolah, pertemuan dengan teman-teman, dan bahkan pengalaman jatuh cinta, berhasil disatukan dengan adanya keberadaan geng motor yang seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja itu sendiri.

Antares semakin populer di kalangan remaja karena penulisnya ternyata masih berstatus sebagai pelajar. Rweinda atau Reinda adalah seorang gadis yang lahir pada tanggal 7 Mei 2004.

Tidak heran bahwa Rweinda mampu membuat momen dan segala hal yang terasa dekat dengan kehidupan remaja, karena ia sendiri mengalami dan memahami apa yang ia tuangkan dalam karya-karyanya.

Rweinda menulis Antares saat berusia 16 tahun di platform Wattpad. Tak disangka, ceritanya mendapatkan banyak perhatian dan kecintaan dari kalangan remaja. Sampai sejauh ini, Antares telah dibaca sebanyak 58.9 juta kali di Wattpad. Bayangkan betapa populer dan diminati kisah Antares ini di kalangan remaja.

Cerita yang ditulis oleh Rweinda ini sedikit mengingatkan kita pada kesuksesan sinetron masa lalu yang pernah booming di Indonesia. Gabungan antara kisah cinta remaja yang menggemaskan dan aksi geng motor menciptakan narasi yang seru dan juga menarik. Lebih dari sekadar mengangkat tema cinta, cerita ini juga mengeksplorasi solidaritas dalam kisah persahabatan.

Tidak hanya itu, Rweinda juga menggambarkan karakter Zea sebagai seorang gadis remaja yang lembut. Zea merupakan seorang wanita tangguh dan kuat, terutama dengan keterlibatannya dalam geng motor Wolves. Selain memiliki kecantikan yang menawan, Zea juga menunjukkan keberanian yang memungkinkannya untuk bersikap mandiri dan tidak selalu tergantung pada orang lain.

Namun, walaupun novel ini mengangkat kisah kehidupan remaja, bukan berarti pembaca dewasa tidak akan menikmati alur ceritanya. Meskipun ada beberapa unsur yang terasa agak asing, pembaca dewasa akan tetap terbawa dalam nuansa nostalgia saat mengikuti perkembangan ceritanya.

Sayangnya, terdapat beberapa kekurangan dalam novel ini. Antares dapat dianggap memiliki tema dengan cerita yang klise, sehingga di beberapa alur ceritanya mungkin ada yang mudah ditebak. Keberadaan tema yang klise ini juga dapat membuat pembaca merasa sedikit bosan karena formulanya terasa sudah terlalu umum.

Terlebih lagi, unsur tentang geng motor dalam novel ini mungkin mengandung sedikit kekerasan yang tidak layak untuk dijadikan contoh. Potensi pengaruh kenakalan remaja yang disajikan dapat memicu beberapa remaja, namun perlu diingat bahwa penulis hanya menyajikan kisah fiksi semata yang seharusnya dianggap sebagai hiburan belaka. Satu kelemahan tambahan dalam novel ini adalah alurnya yang terasa terlalu konstruksi dengan menciptakan kesan seperti cerita sinetron.

Adela Puspita