Membaca Lupus berarti kembali mengenang masa remaja saya yang penuh asupan buku-buku bacaan, termasuk di antaranya buku karangan Hilman Hariwijaya ini.
Lupus: Krismon terbitan Gramedia Pustaka Utama (1998), mengangkat tema yang tengah marak saat itu, yaitu krisis moneter atau krismon, yang tengah melanda Indonesia.
Seperti awal kisah yang menceritakan tentang protesnya Boim kepada Nyak karena harus hidup lebih prihatin dan makan seadanya sejak krismon melanda. Padahal Boim berkeinginan makan dengan lauk daging yang cuma bisa dijatah seminggu sekali oleh Nyak Boim, itu pun dengan susah payah.
Demi memenuhi keinginan anaknya, Nyak Boim bahkan sampai rebutan daging yang ditemukannya tergeletak di jalanan pasar dan diakui oleh seorang ibu-ibu sebagai miliknya. Boim yang kebetulan sedang ada tugas liputan bersama Lupus di pasar, menyaksikan keributan tersebut. Namun, dari kejadian itu akhirnya Boim menyesali keegoisannya yang menuntut Nyak selalu masak enak untuk dirinya.
Kisah berikutnya tentang kedai bakso Mila yang terancam bangkrut karena kalah saingan dengan bakso Acin. Lupus dan kedua temannya, Gusur dan Boim, lantas berusaha membantu Mila untuk mendapatkan resep bakso yang bisa meramaikan kedai baksonya seperti sebelum zaman krismon.
Dari penemuan resep Nyak moyangnya Boim sampai pencarian Pak Suroso sebagai penjual bakso tersohor pada zamannya, dilakukan Lupus dan teman-temannya. Hal yang sama juga dilakukan Mila bersama anak buahnya, Bule dan Kevin. Semua berupaya mencegah kedai Mila bangkrut karena krisis moneter dan tak mampu bersaing dengan penjual bakso lainnya.
Seperti buku Lupus pada umumnya, di buku ini pun humor-humor segar masih diselipkan di sana-sini meskipun terasa lebih santuy. Sepertinya menyesuaikan juga dengan tema cerita, yang topik utamanya berpusat pada lesunya perekonomian di Indonesia akibat imbas dari krisis moneter.
Humor yang terasa lebih bebas ada di kisah Lupus dan Kevin yang mengejar berita sampai harus menguntit selebriti yang tengah naik daun, Enrico Gustav. Meskipun masih dalam benang merah yang sama, humor yang dihadirkan di kisah ini lebih kuat dan lumayan bikin saya senyum-senyum sendiri.
Sebagai pembaca setia Lupus sejak zaman remaja sampai sudah memiliki anak remaja, saya sangat merekomendasikan novel Lupus sebagai bacaan ringan yang bisa mengurangi stres akibat rutinitas padat kalian. Jadi, selamat membaca bukunya!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Sabtu Bersama Bapak: Novel yang Menggugah dan Penuh Perenungan
-
Novel Turning Seventeen: Kehidupan Remaja yang Kompleks dan Penuh Rahasia
-
Ulasan Novel Jodoh di Tangan Aplikasi, Mengejar Jodoh Sampai ke Aplikasi
-
Surat-Surat yang Mengubah Hidup dalam Novel Dae-Ho's Delivery Service
-
Ulasan Novel Mangsa (Prey), Ancaman Kematian di Belantara Montana
Artikel Terkait
-
Sinopsis Film Agak Laen, Mulai Tayang 1 Februari 2024 di Bioskop
-
Ulasan Film Quiz Lady, Kisah Dua Saudari Berburu Hadiah Kuis Demi Anjing Kesayangan
-
Ulasan Novel When I Look Into Your Eyes, Rahasia Mata Seruni
-
Selain Pasutri Gaje, Ini 5 Film Genre Komedi yang Dibintangi Reza Rahadian
-
Review Drama Korea Welcome to Waikiki, Drama Komedi yang Bikin Sakit Perut
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
Terkini
-
Mengenal Neophobia: Ketika Rasa Takut pada Hal Baru Menjadi Hambatan
-
Cillian Murphy Diincar Kembali Main dalam Film Ketiga 28 Years Later
-
Lolos ke Semifinal SEA Games 2025, Garuda Muda Harus Ucapkan Terima Kasih kepada Vietnam!
-
Raih 100 M di Usia 19 Tahun, Ini yang Membuat Suli Beda dari Anak Seusianya
-
Richelle Skornicki dan Adegan Dewasa di Pernikahan Dini Gen Z: Antara Akting dan Perlindungan Anak