People pleaser, atau seseorang yang selalu menyenangkan semua orang dengan memenuhi ekspektasi mereka adalah kelompok orang yang biasanya akan selalu tersakiti ketika menjalin relasi dengan orang lain.
Bagaimana tidak, ia akan selalu berusaha membuat orang-orang senang, bahkan jika harus mengorbankan diri sendiri. Hingga lambat laun, sikap ini akan menjadi bom waktu yang membuat ia akan terpuruk dalam kekecewaan.
Saya termasuk pernah mengalami hal ini. Dan dalam kondisi tertentu, rasanya sulit sekali untuk menghindari standar yang ditetapkan oleh orang lain. Utamanya dari orang terdekat. Tingginya harapan orang tua, besarnya ekspektasi dari pasangan yang ternyata tidak sesuai realita, dan hal-hal semacamnya.
Buku yang berjudul 'Hargai Diri Sendiri dan Berhentilah Tersakiti' karya Yoo Eun-Jung ini rasanya tepat sekali dalam menggambarkan kondisi semacam itu.
Utamanya ketika merasa sangat sulit untuk berkata 'tidak' dan menolak permintaan orang lain. Di lain sisi, kebaikan yang selalu kita berikan pada orang tersebut hanya dianggap sebagai sebuah kewajiban dan sesuatu yang memang sudah semestinya kita kerjakan.
Ironisnya, saat kita mengharapkan kebaikan yang sama, kita harus kecewa karena orang lain tidak bisa memberikan perlakuan yang sama.
Untuk itu, penulis menyusun buku yang berisi kiat-kiat untuk melindungi diri sendiri dalam sebuah hubungan. Di buku ini, penulis memberikan berbagai penguatan yang menyemangati kita untuk lebih mencintai diri sendiri (self-love) dan mengomunikasikan kebutuhan kita pada orang lain dengan lebih luwes.
Buku ini terdiri atas 6 bab yang diawali dengan prolog mengenai orang terdekat yang sering membuat kita terluka. Orang terdekat ini bisa jadi adalah ayah, ibu, sahabat, bahkan pasangan kita sendiri. Luka yang mereka tinggalkan jelas lebih dalam dibanding ketika kita disakiti oleh orang yang tidak terlalu dekat secara personal.
Kemudian penulis menjabarkan tentang hal-hal yang harus kita lakukan agar tidak lagi menyakiti diri sendiri jika terlibat dalam hubungan toxic tersebut.
Mulai dari kebiasaan untuk berbaik hati pada diri sendiri, menentukan prioritas, menetapkan standar, cara memandang sebuah relasi, memperbaiki mindset tentang mencintai, hingga resep psikologis untuk mengatasi harga diri yang rendah.
Nah jika kamu sedang terjebak berada dalam relasi atau hubungan yang selalu menempatkanmu sebagai pihak yang selalu tersakiti, buku yang mengangkat garis besar tentang self-love ini adalah salah satu bacaan yang saya rekomendasikan buat kamu baca juga!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
-
Ulasan Buku The Little Furball, Kisah Manis tentang Menghadapi Perpisahan
-
Ulasan Buku I'm (not) Perfect, Menyorot Ragam Stigma tentang Perempuan
-
Ulasan Buku Dolpha: Empat Anak Sahabat Laut, Petualangan Seru Anak Pesisir
-
Ulasan Buku 365 Ideas of Happiness, Ide Kreatif untuk Memantik Kebahagiaan
Artikel Terkait
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
Ulasan Buku Terapi Luka Batin: Menemukan Kembali Diri Kita yang Belum Utuh
-
Ulasan Novel Animal Farm karya George Orwell: Revolusi Menjadi Tirani
-
Ulasan Novel 1984 karya George Orwell: Kengerian Dunia Totalitarian
Ulasan
-
Review Novel 'Entrok': Perjalanan Perempuan dalam Ketidakadilan Sosial
-
Review Film All We Imagine as Light: Kesunyian di Tengah Hiruk-pikuk Mumbai
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Review Film Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai, dari Ritual Mistis sampai Jumpscare Kejam
Terkini
-
Bikin Gagal Move On! 3 Drama Medis Korea Ini Siap Bikin Kamu Pengen Jadi Dokter!
-
Reuni Lagi, Lee Do Hyun dan Go Min Si Bakal Bintangi Drama Baru Hong Sisters
-
Lebaran Usai, Dompet Nangis? Waspada Jebakan Pinjol yang Mengintai!
-
Mark NCT Wujudkan Mimpi Jadi Bintang di Teaser Terbaru Album The Firstfruit
-
Generasi Unggul: Warisan Ki Hajar Dewantara, Mimpi Indonesia Emas 2045?