Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Caca Kartiwa
Adegan film I Wish (IMDb)

Jepang dikenal sebagai penghasil manga dan anime dengan kisah-kisah seru, bahkan tak jarang menyentuh hingga bikin baper atau menghadirkan perasaan hangat, meski karakter utamanya adalah anak-anak. Namun bisakah kehangatan tersebut di dapat saat dibuat dengan pemain manusia? Jawabannya ada di film "I Wish".

"I Wish," garap oleh Hirokazu Kore-eda yang baru-baru ini jadi perbincangan lewat film "Monster", mengajak penonton dalam perjalanan ajaib anak-anak yang dipenuhi dengan keindahan dan kehangatan. 

Dirilis pada tahun 2011, film ini tidak hanya menghadirkan kisah persahabatan dua saudara, tapi juga menyelami keunikan dan kepolosan pandangan anak-anak terhadap kehidupan.

Cerita film berfokus pada dua saudara laki-laki, Koichi (Koki Maeda) dan Ryu (Ohshiro Maeda), yang terpisah akibat perceraian orang tua mereka. 

Koichi tinggal bersama ibunya di Kagoshima, sementara Ryu bersama ayahnya di Fukuoka. Kehidupan mereka yang terpisah memicu keinginan untuk berkumpul kembali, dan mereka menjadi terobsesi dengan keyakinan bahwa pertemuan dua kereta cepat yang melintas di stasiun tempat mereka terpisah akan membawa kebahagiaan.

Salah satu keunggulan film ini terletak pada kecerdasan Kore-eda dalam mengeksplorasi dunia anak-anak. Ia dengan cermat menyajikan perspektif anak-anak tentang kehidupan, impian, dan hubungan keluarga. 

Dengan dialog yang tajam dan penampilan natural dari para pemain cilik, "I Wish" menghadirkan pengalaman yang tulus dan mendalam.

Penggambaran karakter Koichi dan Ryu oleh dua saudara kandung sejati, Koki Maeda dan Ohshiro Maeda, memperkuat keautentikan film. Kedua aktor cilik ini berhasil menangkap esensi kepolosan dan keingintahuan anak-anak dengan menyampaikan emosi mereka secara mendalam. 

Koki Maeda sebagai Koichi dan Ohshiro Maeda sebagai Ryu menyuguhkan kemampuan akting yang membuat penonton terhubung dengan kehidupan anak-anak.

"I Wish" bukan hanya sekadar cerita persaudaraan, tetapi juga menggali tema impian dan keinginan. 

Anak-anak dalam film ini dihadapkan pada kehidupan yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka, namun mereka tetap mempertahankan keyakinan pada keajaiban dan kemungkinan untuk mewujudkan impian mereka, hal ini mengajarkan penonton tentang daya tarik dan kekuatan positif dari mimpi, bahkan dalam situasi yang sulit.

Pilihan latar tempat yang indah, seperti pegunungan dan pantai, memberikan sentuhan visual yang mempesona. 

Kore-eda tidak hanya menghadirkan cerita, tetapi juga menciptakan dunia yang kaya akan nuansa dan keindahan alam. Setiap adegan dirancang dengan teliti, menciptakan atmosfer yang mengundang penonton untuk merenung dan merasakan keajaiban yang tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari.

Film ini juga mengeksplorasi dinamika keluarga dan kompleksitas hubungan orang tua-anak. 

Melalui karakter orang tua Koichi dan Ryu, penonton dapat melihat bagaimana perceraian dapat mempengaruhi kehidupan anak-anak, tetapi juga betapa pentingnya dukungan keluarga dalam mengatasi kesulitan.

Pertemuan anak-anak dengan sekelompok teman yang bersemangat dan kreatif turut memberikan dimensi baru pada cerita. 

Hubungan persahabatan yang terbentuk di antara mereka menambahkan elemen kehangatan dan keceriaan dalam narasi. 

Kore-eda berhasil menangkap kekhasan dan kepolosan dalam interaksi anak-anak, menjadikan persahabatan sebagai salah satu pilar penting dalam kisah ini.

Meskipun "I Wish" memiliki banyak elemen positif, film ini tidak sepenuhnya tanpa kelemahan. 

Beberapa penonton mungkin merasa bahwa ritme cerita terlalu lambat, terutama bagi mereka yang lebih terbiasa dengan film-film dengan tempo yang lebih cepat. Namun, kecepatan ini juga sejalan dengan nuansa film yang menyoroti keindahan kehidupan sehari-hari.

Secara umum "I Wish" adalah karya seni sinematik yang mengajak penonton pada perjalanan emosional dan mendalam di dalam pikiran anak-anak. 

Kore-eda berhasil menciptakan film yang tidak hanya menghibur tetapi juga merangsang refleksi tentang kepolosan, impian, dan keajaiban yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan penceritaan yang hati-hati, penampilan natural dari para pemain cilik, dan pesan universal yang diusungnya, "I Wish" menginspirasi penonton untuk melihat kehidupan dengan mata anak-anak yang penuh harapan dan keinginan. Skor 91/100.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Caca Kartiwa