Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Foto Film Indonesia dari Timur (Instagram/ @indonesiadaritimurfilm)

Film Indonesia dari Timur menghadirkan pandangan yang mendalam terhadap kehidupan di wilayah Papua melalui lensa sineas ternama: Ari Sihasale. Setelah sukses dengan "Rumah Merah Putih," Sihasale kembali dengan karya terbarunya, yang terinspirasi dari kisah nyata, dengan menggabungkan elemen drama dan olahraga. 

Film Indonesia dari Timur, mengisahkan Edu (Ibnu Jamil), seorang pilot yang diberi tugas oleh perusahaan penerbangannya untuk membentuk tim sepak bola remaja Papua. Para pemain sepakbola yang dibentuknya, sebenarnya pernah meraih kemenangan kompetisi sepakbola, tetapi mereka dikecewakan karena hadiah yang dijanjikan nggak kunjung diterima, dan itu bikin mereka kehilangan minat. Mereka juga kehilangan kepercayaan pada sang pelatih, John (Ari Sihasale), karena menduga John adalah dalang dari ketidakadilan tersebut. Edu kemudian memulai perjalanan sulitnya meyakinkan para pemuda untuk kembali bermain sepak bola. 

Ulasan:

Film Indonesia dari Timur adalah hasil produksi kolaboratif antara Bhinneka Multimedia dan Alinea Pictures. Kemitraan ini nyatanya telah memberikan kontribusi penting terhadap pengembangan dan menghasilkan film yang berkualitas. Yang cukup membekas dalam ingatanku itu, ada yel-yel khas "Papua Manyala" dari tim sepak bola pemuda Papua. Keunikan yel-yel tersebut bikin suasana jadi menyenangkan dan ikonis. Setelah menonton, kemungkinan besar penonton akan teringat dan terus menerus mengingat nyanyian khas pemuda Papua. 

Ari Sihasale berhasil menggambarkan Papua dengan indah melalui sinematografi yang cemerlang. Dengan penggunaan ‘angle kamera dari atas’. Istilah kerennya adalah "bird's-eye view" atau "aerial view." Hal ini merujuk pada sudut pandang visual, seperti terlihat dari atas, seolah-olah dilihat dari mata burung atau ketinggian udara. Dua istilah tersebut cukup umum digunakan dalam dunia perfilman dan fotografi.

Aku cukup terkesan dengan tampilan ‘panoramik’ wilayah Papua. Dari pantai, sungai, pegunungan, hingga perkotaan dan setiap sisi Papua. Terutama, adegan di daerah perbukitan yang tervisualisasikan dengan cantik. Selain sinematografi, scoring filmnya juga juga memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan atmosfer. Musiknya dipilih dengan tepat, sehingga sesuai dengan emosi adegan. Beberapa komposisi musik bahkan memberikan sentuhan dramatis pada beberapa adegan, seperti saat pemuda Papua bertanding sepakbola

Meskipun film ini memberikan pemandangan indah dengan iringan musik yang bagus, tapi cerita yang dihadirkan terkadang terasa klise. Naratif tentang membentuk tim dan mengatasi konflik internal, itu nggaklah baru, dan beberapa elemen cerita bisa dirasakan terlalu dipaksakan. Meskipun demikian, penampilan para aktor, terutama Ibnu Jamil, memberikan kekuatan pada film ini.

Kritik konstruktif, sebenarnya terkait tanggal rilis filmnya. Ini, tuh, sebenarnya sudah ada sejak penghujung tahun 2023, dan sudah ada penayangan di beberapa bioskop kala itu (semacam screening dan lain-lain), tapi baru benar-benar menyeluruh di tanggal yang bertepatan dengan Hari Valentine 2024. Dalam industri perfilman, dengan tema film yang jauh banget dari hari penuh cinta, rasa-rasanya bakal ada penurunan minat dan tentunya kehilangan momentum yang telah dibangun selama ini. Semoga saja prediksiku salah. 

Secara keseluruhan, "Indonesia dari Timur" merupakan tontonan yang memanjakan mata dengan visual Papua yang memukau. Kelebihan dalam sinematografi, scoring, dan elemen ikonisnya, sangat layak diapresiasi. Meskipun cerita terkadang terasa klise, tetapi penampilan para aktor dan kekuatan aspek teknis film memberikan pengalaman yang mengena hatiku. Skor dariku: 7/10. Pokoknya selamat menonton, ya!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha