Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy
Buku 'Humor Gusdurian' (iPusnas)

Buku ini berisi sekumpulan humor yang pernah dilontarkan oleh Gus Dur, panggilan yang begitu akrab dari almarhum KH. Abdurrahman Wahid. Selama ini, Gus Dur mungkin termasuk tokoh yang paling banyak disalahpami di Indonesia. Cara berpikir yang khas NU (Nahdlatul Ulama) ini memang sangat melibatkan dimensi spritual yang ukurannya adalah percaya dan tidak percaya.

Buku yang dihimpun oleh Gus Risang ini memberi alternatif lain untuk mengenal Gus Dur dari dekat. Karena Gus Dur memiliki banyak sisi, maka katakanlah ini sisinya sebagai penggembira Abu Nawas yang kocak.

Lelucon atau humor yang dikemas dalam buku ini berasal dari berbagai sumber. Sebagian dari catatan langsung mengikuti jejak tumit kaki Gus Dur, dan sebagian lagi secara tidak langsung melalui beberapa media cetak dan situs website yang peduli mentenarkan Gus Dur, tokoh yang sebenarnya sudah sangat tenar itu.

Salah satu humor segar dalam buku ini berjudul ‘Orang Pintar Milih Tolak Angin’. Kisahnya begini: tiga hari menjelang diadakannya kegiatan kampanye untuk pemilihan presiden, terjadi diskusi antara mantan Presiden Gus Dur dengan wartawan Jawa Pos yang berusaha mewawancarainya. Berikut obrolan wawancara mereka.

Jawa Pos: “Menurut Anda, untuk saat ini parpol mana yang memiliki peluang paling besar untuk menang Gus?”

Gus Dur: “Wah... saya juga nggak ngerti tuh, soale kan pemilihan sekarang dilakukan langsung oleh rakyat, jadi ya kita lihat saja nanti.”

Jawa Pos: “Oya Gus, mengapa dalam setiap kampanye mereka, parpol-parpol tersebut senang sekali membodohi rakyat?”

Gus Dur: “Soale kalo pintar, rakyat nggak bakalan mungkin milih parpol-parpol itu. Orang pintar kan milih Tolak Angin...”.

Menurut analisis saya, lelucon Gus Dur dengan wartawan Jawa Pos tersebut mengandung sindiran yang tajam buat para parpol atau siapa saja yang menduduki jabatan sebagai wakil rakyat. Sebuah sindiran yang semoga dapat menyadarkan kekeliruan mereka.

Lelucon segar dari sosok almarhum Gus Dur berikutnya yang bisa disimak dalam buku ini berjudul ‘Ndak Mau Bilang Amin’. Jadi dalam sebuah acara dan doa bersama yang dilaksanakan guna memperingati Isra’ Mi’raj di Masjid Istiqlal Jakarta, Gus Dur mendapat mandat untuk memimpin doa tersebut. 

Ketika sampai pada akhir doa, semua hadirin merasa sedikit kaget karena ternyata Gus Dur menutup doanya dengan kata ‘inggih’ bukan ‘amin’ seperti layaknya doa yang sering mereka lakukan. 

Karena merasa heran akhirnya ketika doa selesai, maka salah seorang hadirin memberanikan diri untuk menanyakan perihal tersebut kepada Gus Dur. “Gus, kenapa Anda selalu menutup doa Anda dengan kata ‘inggih’?”

Di luar dugaan, Gus Dur menjawab begini: “Saya ndak mau bilang Amin... Amin.., soale saya sebel sama orang itu.”

Humor-humor menarik lainnya bisa Anda baca langsung dalam buku dengan cover gambar karikatur yang lucu ini. Semoga buku ini dapat menjadi bacaan menghibur dan kita bisa mengambil pesan moral di dalamnya.

Sam Edy