Dalam dunia perfilman, seringkali kita terpesona oleh produksi besar dengan durasi yang panjang dan produksi yang mahal. Namun, terkadang kekuatan sebuah film nggak terletak pada seberapa besar atau mahal produksinya, melainkan pada bagaimana cerita disampaikan dengan sederhana tapi efektif.
Inilah yang dapat kita temui dalam film "Kereta", sebuah film rilisan 22 Maret 2024 yang tayang di KlikFilm. Disutradarai oleh Edy Prasetya, dibintangi oleh Aghniny Haque dan Bio One, film ini mengajak penonton untuk menikmati perjalanan emosional dua karakter utama.
Kisahnya dimulai dengan Maudy (Aghniny Haque) yang menaiki kereta untuk pulang kampung. Di dalam kereta, dia bertemu dengan Hansi (Bio One) yang tanpa sengaja menempati tempat duduknya. Meskipun awalnya sedikit kesal, Maudy akhirnya berbincang dengan Hansi setelah diajak ngobrol. Percakapan mereka mulai dari novel yang sedang mereka baca hingga masalah pribadi Hansi dengan teman sekolahnya, Alya.
Saat berbincang, Maudy mulai mengingat masa lalunya bersama ibunya yang baru saja meninggal dalam kecelakaan. Dia dan Hansi saling berbagi cerita, membuka diri satu sama lain. Namun, suatu hari, Maudy menyadari bahwa Hansi tiba-tiba menghilang dari hidupnya, dan meninggalkan pertanyaan tentang siapa sebenarnya Hansi. Bikin penasaran, kan, sinopsis singkatnya?
Ulasan:
Jujur, ya, aku paling gemas sama film dengan durasi pendek. Kayak terkesan kurang nampol pas ditonton. Terkhusus untuk Film Kereta, dengan durasi sejam lebih sekian menit, memang risikonya di awal-awal bakal disepelekan orang yang mau nonton, karena terkesan singkat dan dianggapnya bakal kurang memuaskan. Jadi, bagaimana dengan nasib Film Kereta?
Gini, ya. Film dengan durasi pendek membutuhkan pengembangan cerita yang efisien dan fokus pada inti cerita. Dalam kasus "Kereta", meskipun durasinya singkat, filmnya berhasil menyampaikan pesan-pesan yang dalam dan kompleks dengan efektif. Ini menunjukkan bahwa durasi yang pendek bukanlah penghalang untuk menyampaikan narasi yang kuat, memikat, dan menarik.
Film Kereta menarik karena menghadirkan narasi yang sederhana tapi sangat mendalam, serta penggambaran hubungan antarmanusia yang kompleks dalam situasi yang biasa tapi penuh makna. Bisa kubilang, film ini berhasil menarik perhatian melalui interaksi antara dua karakter utamanya, Maudy dan Hansi, yang terjalin cukup natural dalam setting yang minimalis, yaitu di dalam kereta. Meskipun premisnya sederhana, dialog-dialog antara Maudy dan Hansi mampu mengungkapkan lapisan emosi dan bikin penonton terhubung dengan mereka.
Selain itu, film ini menarik juga karena mempersembahkan tema universal tentang kehilangan, duka, dan perjalanan menyembuhkan diri. Melalui perjalanan Maudy dan Hansi, aku kayak diajak untuk merenung tentang bagaimana menghadapi masa-masa sulit dalam hidup, serta arti kekuatan cinta dalam proses memaafkan. Penggambaran proses memaafkan diri yang dihadirkan dalam film ini juga memberikan pesan-pesan yang menginspirasi dan memotivasi penonton untuk tetap bersyukur dan berani menghadapi tantangan hidup.
Akting yang kuat dari Aghniny Haque dan Bio One juga turut membuat film ini menarik. Mereka berhasil membawa kedalaman pada karakter-karakternya, sehingga penonton dapat merasakan emosi yang mereka alami.
Biarpun dialog dua karakter utama agak terdengar kaku, ya. Dilihat dari sumbernya, yaitu Skrip Kereta yang tayang di Kwikku karya Panca Lotus, kekakuan yang ada itu, sebenarnya karena situasinya memang mereka baru kenal. Aku masih bisa memahaminya, kok.
Durasi Film Kereta yang singkat, tampaknya menjadi kelebihan tersendiri karena mampu menyampaikan pesan-pesan yang dalam dan kompleks dengan efektif tanpa membuang-buang waktu. Terlepas ini agak mengingatkan dengan Film Before Sunrise dan sebuah ‘klu endingnya bakal seperti apa’, yang sepertinya sengaja ditebar di awal film dalam scene membaca sebuah novel. Secara subjektif, skor dariku: 7,5/10.
Kamu jangan lupa nonton film ini, ya. Selamat menonton.
Baca Juga
-
Emosional yang Begitu Sesak dalam Film Bila Esok Ibu Tiada
-
Ketika Horor Thailand Mengusung Elemen Islam dalam Film The Cursed Land
-
Review Film Laut Tengah: Ketika Poligami Jadi Solusi Menggapai Impian
-
Krisis Iman dan Eksorsisme dalam Film Kuasa Gelap
-
Kekacauan Mental dalam Film Joker: Folie Deux yang Gila dan Simbiotik
Artikel Terkait
-
Diserang Buzzer, Fedi Nuril Tak Khawatir Filmnya Diboikot
-
Fedi Nuril Terlalu Sering Poligami, Ernest Prakasa Ingin Sang Aktor Perankan Tokoh Pastur
-
Ulasan Film 'Green Book': Bersatunya Dua Perbedaan dalam Satu Mobil
-
Tayang 2025, Film Korea Sister Kenalkan 3 Pemeran Utama
-
Ulasan Film The Lobster: Dunia Distopia yang Tak Ramah untuk Para Jomblo
Ulasan
-
Suara Hati Rakyat kepada Para Pemimpin dalam Buku Bagimu Indonesiaku
-
Makna Tersirat Lagu Boy Pablo 'Sick Feeling' : Bukan Lagu Galau !
-
Mekar dan Cantik Layaknya Bunga dalam Lagu Debut Irene Like A Flower
-
Ulasan Buku Titik Menuju Dewasa: Panduan dari Remaja Menuju Dewasa
-
Prosa Indah Riwayat Perang Bubat dalam Buku Citraresmi Eddy D. Iskandar
Terkini
-
Titus Bonai Sebut Ada Perbedaan Kondisi Dulu dan Saat Ini di Tim Nasional Indonesia
-
Timnas Indonesia Makin Percaya Diri usai Hajar Arab Saudi, STY Buka Suara
-
5 Pemeran Utama Drama 'Seocho-dong', Ada Lee Jong Suk dan Moon Ga Young!
-
Mengupas Tantangan dan Indikator Awal Kredibilitas Pemimpin di Hari Pertama
-
Ok Taecyeon, Seohyun, dan 3 Aktor Dikonfirmasi untuk Drama Adaptasi Webtoon