Mindfulness, atau kesadaran penuh akan suatu hal adalah sebuah konsep dalam self-healing yang banyak dibahas untuk mencapai sebuah ketenangan hidup.
Salah satu buku yang menjadikan konsep ini sebagai bahasan utama adalah buku dari Hendrick Tanuwidjaja yang berjudul 'Mindfull is Mind-Less: Seni Beristirahat dalam Badai.'
Di dalam buku ini, saya menemukan sebuah pembahasan menarik yang jarang saya temui di buku dengan tema yang serupa.
Yakni penggunaan kata 'mind-less,' yang nantinya merujuk pada mindfulness. Kenapa harus ditulis dengan ejaan 'mind-less,' bukannya 'mindless'?
Menurut penulis, mind-less berarti melepas kecenderungan untuk berpikir terus-menerus.
Dengan menggabungkannya dengan sikap bodyfull (mengembalikan kesadaran utuh pada tubuh), inilah yang kemudian akan membentuk perasaan mindfulness.
Terkait konsep tersebut, Hendrick Tanuwidjaja kemudian menulis lebih dari 30 bab pembahasan berupa contoh penerapan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu fakta unik yang dipaparkan dalam buku ini adalah betapa singkatnya kehadiran sebuah emosi. Menurut ilmuwan dari Harvard, Dr. Jill Bolte Taylor, emosi hanya bisa bertahan selama 90 detik.
Tapi kenapa kita selalu dihantui dengan emosi yang negatif? Karena kita sering mencengkeram dengan mengeceknya.
Kita terlalu sering overthinking dan menengoknya berkali-kali. Padahal, terkadang opsi terbaik adalah membiarkan emosi itu apa adanya.
Kita tidak perlu ngapa-ngapain dan memaksakan diri untuk melupakan atau mengabaikannya. Pada akhirnya, gejolak emosi itu bisa teredam seiring berjalannya waktu.
Pembahasan dalam buku ini juga sangat menekankan, betapa overthinking dan membiarkan pikiran berkelana ke mana-mana itu adalah kebiasaan yang sangat buruk untuk kesehatan mental.
"Batin yang berkelana bukanlah batin yang bahagia, dan batin yang berada di momen kini adalah batin yang paling berbahagia".
Secara umum, tiap bab dari pembahasan dalam buku ini menarik, sangat relate dengan kehidupan sehari-hari.
Gaya penuturannya pun enak dibaca. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan berbagai ilustrasi yang memanjakan mata.
Nah, bagi kamu yang tertarik membaca buku dengan pembahasan mindfulness, buku ini adalah salah satu buku yang akan saya rekomendasikan. Selamat membaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Koma Tanpa Titik: Kumpulan Puisi dengan Ilustrasi Cantik
-
Ulasan Buku 'Power Memory,' 27 Tips Menjadikan Otak Lebih Berdaya
-
Buku "Meningkatkan Daya Ingat Anda," Latih dan Asah Kemampuan Mengingat
-
Ulasan Buku Nak, Belajarlah soal Uang: Panduan Menyenangkan untuk Mengelola Keuangan
-
Menjadi Orang Biasa dan Tetap Bahagia dari Buku 'The Art of Being Mediocre'
Ulasan
-
Matahari Mata Hati: Mimpi yang Tumbuh dari Pesantren dan Persahabatan
-
Review Film Good Boy: Horor dari Sudut Pandang Seekor Anjing yang Setia
-
Menariknya Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung, Sekuel yang Berani Ganti Sudut Pandang
-
Film Rest Area yang Terlalu Ambisius dan Lupa Caranya Memikat Penonton
-
Bukan Tentang Siapa yang Selamat, Memahami Lebih Dalam Film Tukar Takdir
Terkini
-
Ngampus Tetap On Point! Ini 4 OOTD Xaviera Putri yang Bikin Auto Stylish
-
A24 Hadirkan Rom-Com Afterlife Paling Menyentuh Lewat Film Eternity
-
Bukan Skincare Biasa! Brand Lokal Rilis Serum dari Rambutan dan Alga Hijau
-
Filosofi MBG: Kunci MAN 1 Sukabumi ke Grand Final AXIS Nation Cup 2025
-
Runway Virtual: 3 Game Fashion Show untuk Para Fashionista di Roblox