Glenn Fredly, siapa yang nggak kenal dengan musisi ternama asal Indonesia yang dulu lagunya sering diputar di mana-mana. Berhubung era Glenn Fredly berakhir belum lama, jadi untuk melupakan sosoknya tentu nggak semudah membalikkan telapak tangan.
Nah, di tengah gemerlap dunia hiburan Indonesia, film biografi "Glenn Fredly the Movie" muncul dengan Lukman Sardi sebagai sutradara. Film ini diproduksi oleh Time International Films, Adhya Pictures, serta Damn! I Love Indonesia Movies.
Marthino Lio, dalam penampilan yang mengesankan, membawakan karakter Glenn Fredly. Selain dirinya, ada juga Zulfa Maharani sebagai Mutia Ayu, Sonia Alyssa sebagai Dewi Sandra, dan Bucek Depp sebagai Hengky David Latuihamallo, dan masih banyak lagi.
Film "Glenn Fredly the Movie" menggambarkan kisah inspiratif seorang musisi legendaris Indonesia, Glenn Fredly. Dari karir cemerlangnya pada tahun 2000-an atas meledaknya lagu "Januari". Glenn Fredly menemukan panggung besar yang memperkenalkannya kepada dunia. Namun, di balik sorotan panggung, Glenn Fredly juga memimpin perjuangan pribadi dan sosial yang mengharukan.
Film ini menggali sisi aktivisme dan perjuangan batin yang jarang dikenal publik. Menyoroti upaya Glenn Fredly dalam mempromosikan perdamaian di tengah konflik di Ambon dan konflik pribadi dengan ayahnya.
Ulasan:
Film ini sebenarnya memunculkan pertanyaan tentang urgensi pembuatannya, mengingat Glenn Fredly baru sekitar empat tahunan meninggal. Pertanyaannya, mengapa film biografi tentangnya dibuat sedemikian cepatnya? Apakah ada kebutuhan mendesak atau dorongan khusus yang mendorong produksi film ini? Terlebih lagi, sosok Glenn Fredly masih dikenal dan dihargai oleh banyak orang di era sekarang. Seandainya film ini direncanakan untuk diproduksi puluhan tahun mendatang, itu bakal wajar-wajar saja, sih.
Jadi ini keputusan yang kurang tepat? Menurutku, kayaknya ada beberapa pertimbangan yang mendasar mengapa film ini harus ada.
Film ini mungkin saja diinisiasi sebagai bentuk penghormatan dan tribut terhadap warisan musik serta kontribusi yang telah diberikan oleh Glenn Fredly dalam industri musik Indonesia. Keputusan untuk membuat film ini bisa menjadi cara untuk merayakan kehidupan dan karya-karya almarhum serta untuk mengabadikan kenangan akan perjalanan karirnya.
Atau bahkan, mengapa filmnya dibuat, dikarenakan meninggalnya Glenn Fredly, momen itu telah meningkatkan minat publik terhadap kehidupan dan karya-karyanya. Bisa jadi, kan? Maka, bisa jadi, pembuatan film biografinya bisa menjadi respons terhadap permintaan dan minat yang tinggi, serta menjadi cara untuk memuaskan rasa ingin tahu publik mengenai sosok yang dihormati dalam dunia musik Indonesia, dan sebagai upaya untuk mengabadikan kisah hidupnya yang inspiratif dalam industri musik sekaligus sebagai aktivis sosial (yang dikupas dalam film).
Paham, ya, selain sebagai penyanyi, film juga mengupas sosoknya sebagai aktivis. Dan ini merupakan pendekatan yang berbeda. Kan, film biografi biasanya mengeksplorasi perjalanan seorang individu yang berjuang menuju kesuksesan, tapi "Glenn Fredly the Movie" malah menawarkan sesuatu lainnya. Film ini malah bukan tentang perjalanan seorang penyanyi yang berusaha meraih mimpinya. Namun, sebaliknya, film ini menyoroti sisi aktivisme dari Glenn Fredly yang nggak begitu banyak diketahui penggemar.
Nggak hanya itu, film ini juga memberikan hiburan yang memuaskan. Penampilan Marthino Lio sebagai Glenn Fredly sangat mengesankan. Aktingnya kuat dan pokoknya keren, terutama saat dia menyanyi.
Meskipun suara nyanyiannya sebenarnya berasal dari pengisi suara lain, Eldhy Victor, tapi Marthino Lio mampu menyinkronkan gerakan bibir dan mimik wajahnya dengan sempurna, sehingga menciptakan kesan yang sangat meyakinkan. Dia itu benar-benar mirip sosok almarhum Glenn Fredly, tapi bisa dipahami bahwa semua itu berkat kerja keras para tim di balik layar.
Okelah kalau begitu. Mungkin memang benar, film untuk mengenang sosok Glenn Fredly terlalu cepat dibuat, tapi karena sudut pandangnya mengambil sisi lain yang nggak biasa, maka "Glenn Fredly the Movie" bagiku jadi film memang layak dibikin. Skor dariku: 7,5/10. Ini film bagus dan layak ditonton, terkhusus untuk para fans setia. Terlepas drama yang disajikan kurang nendang (mungkin karena nggak mau keluar jauh dari koridor kisah aslinya). Selamat menonton, ya.
Baca Juga
-
Review The Bondsman: Dibangkitkan dari Kematian Oleh Iblis
-
Mengikuti Jejak Ajaib Howls Moving Castle
-
Film Sore - Istri dari Masa Depan: Romansa Lintas Waktu Versi Sinematik
-
Review Film Sweet 20: Keajaiban yang Bikin Nenek Jadi Gadis Muda Lagi
-
Setelah Film Sijjin, Sekuelnya Segera Tayang! Pemain Baru, Rasa Baru?
Artikel Terkait
-
Belum Resmi Tayang, Ini Prestasi Mentereng Film Pangku Karya Reza Rahadian Sebagai Sutradara
-
Berlatar Perang Dunia II, Film Mosquito Bowl Resmi Umumkan Dua Pemain
-
Review Film Sweet 20: Keajaiban yang Bikin Nenek Jadi Gadis Muda Lagi
-
Cate Blanchett Isyaratkan Ingin Pensiun dari Dunia Akting: Aku Mau Berhenti
-
Jumbo Tembus 4 Juta Penonton, Ryan Adriandhy Umumkan Segera Open Mic
Ulasan
-
Lagu Kick Start Karya Ampers&One: Lawan Pikiran Takut dan Tak Gentar Hadapi Tantangan
-
Review The Bondsman: Dibangkitkan dari Kematian Oleh Iblis
-
Gili Trawangan, Wisata Incaran Turis Lokal Maupun Mancanegara di Lombok
-
Sinopsis The Remarried Empress, Drama Korea yang Dibintangi Shin Min Ah dan Lee Jong Suk
-
5 Rekomendasi Serial Sabrina Zhuang yang Wajib Ditonton Penggemar C-Drama
Terkini
-
5 Tips Membaca Buku ala Raim Laode agar Lebih Mudah Paham
-
Rilis Juni Ini, Stray Kids Siap Comeback Lewat Album Jepang Hollow
-
Romansa Berbalut Misteri, Ini Alasan Kowloon Generic Romance Patut Ditonton
-
Tertarik Belajar Bahasa Korea? Cek Dulu Langkah Awal Ini
-
4 Inspirasi Outfit Chic ala Sandara Park 2NE1 yang Wajib Kamu Coba!