Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Duwi Puspitasari
Novel Dikta dan Hukum (Instagram/@dhiaafr)

Sebagai pencinta sastra fiksi, kemunculan novel-novel terbaru tentunya menarik perhatianmu. Selain melihat sisi romantis yang ditawarkan, kamu juga ingin menemukan pesan-pesan kehidupan yang berguna di masa depan dari novel yang dibaca. Tentu saja, hal itu akan membuat waktu yang kamu habiskan untuk membaca novel tidak akan terbuang percuma oleh rangkaian narasi manis tanpa makna.

Di tengah hiruk pikuk novel-novel romantis yang menjamur, "Dikta dan Hukum" karya Dhia'an Farah hadir bagaikan ruang baru yang menyejukkan. Awalnya, cerita ini ditulis sebagai cerita bersambung di platform Twitter. Karena antusias pembaca yang tinggi, Dikta dan Hukum akhirnya dipinang oleh sebuah penerbit mayor ternama dan terbit pada tahun 2021. Belum sampai di situ, antusiasme yang masih tinggi membuat novel ini akhirnya diadaptasi menjadi web series dengan judul yang sama pada tahun 2022.

Dikta dan Hukum bercerita tentang perjalanan cinta Dikta, sang pemeran utama pria yang berambisi menjadi ahli hukum, dengan Nadhira, gadis ceria yang sering kali salah paham dengan sikap dingin Dikta padanya. Meski tergolong novel romantis, tetapi Dikta dan Hukum bukan sekadar kisah cinta yang manis dan menggemaskan. Novel ini sarat akan nilai-nilai pesan berharga untuk kehidupan.

1. Mengejar Mimpi dengan Kegigihan dan Pantang Menyerah

Salah satu lembar dalam Novel Dikta dan Hukum (DocPribadi/Duwi Puspitasari)

Dikta, sang protagonis utama, digambarkan sebagai sosok yang memiliki tekad kuat dan pantang menyerah dalam mengejar mimpinya untuk menjadi seorang ahli hukum. Meskipun memiliki penyakit ginjal kronis yang memaksanya untuk rutin melakukan cuci darah, Dikta tidak pernah goyah dalam meraih cita-citanya.

Dia gigih belajar, bekerja keras, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam segala hal. Sikap Dikta ini menjadi inspirasi bagi pembaca untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi rintangan dan selalu mengejar mimpi mereka dengan penuh semangat, apapun kondisi yang sedang dialami.

2. Belajar dari Kesalahan dan Berkembang Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Para tokoh dalam novel ini, terutama Dikta dan Nadhira, digambarkan sebagai individu yang tidak sempurna. Dikta adalah pria dewasa yang cerdas, berambisi, tetapi sikapnya dingin dan nyaris terlihat sarkas pada orang lain. Nadhira, gadis yang lebih muda daripada Dikta digambarkan sebagai anak yang ceria, penuh ide, tetapi sembrono dan mudah terbawa perasaan.

Mereka memiliki kekurangan dan pernah melakukan kesalahan. Namun, mereka belajar dari kesalahan dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Di akhir cerita, Dikta perlahan berubah menjadi sosok pacar yang lembut dan romantis, sementara Nadhira menjelma gadis yang lebih dewasa dengan mulai fokus pada masa depannya. Novel ini menunjukkan bahwa setiap orang dapat berkembang dan belajar dari pengalaman hidup, dan tidak ada kata terlambat untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

3. Bersyukur Atas Apa yang Dimiliki dan Menikmati Setiap Momen dalam Hidup

Salah satu lembar dalam Novel Dikta dan Hukum (Instagram Penulis/@dhiaafr)

Meskipun Dikta dan Nadhira menghadapi berbagai rintangan dan kekurangan dalam hidup mereka, mereka tetap bersyukur atas apa yang mereka miliki. Dikta pernah mengeluh tentang penyakitnya, menganggap dirinya sendiri beban karena terus merepotkan Ibu dan sahabat-sahabatnya. Namun, dengan cepat Dikta tersadar dan mengubah pemikirannya.

Ia bersyukur tetap hidup dan mampu melakukan banyak hal lebih lama, berusaha mewujudkan satu persatu impiannya, dan ingin lebih banyak membentuk kenangan bahagia bersama keluarga dan terutama kekasih hatinya, Nadhira. Dikta berjuang untuk bertahan hingga akhir hidupnya, dan tetap bersyukur ia pernah memiliki Nadhira di dunia ini, walau hanya sementara.

Sementara Nadhira, setelah kepergian Dikta, mensyukuri bahwa Dikta telah membekalinya dengan banyak pelajaran dan nasihat berharga untuk terus melanjutkan hidup, serta meninggalkan Nadhira bersama sahabat-sahabat Dikta yang sangat peduli padanya. Mereka belajar untuk menikmati setiap momen dalam hidup dan tidak terpaku pada hal-hal yang di luar kendali mereka. Sikap positif ini membantu mereka untuk melewati masa-masa sulit dan tetap bahagia dalam menjalani hidup.

4. Arti Persahabatan yang Sejati dan Penuh Dukungan

Dikta memiliki beberapa sahabat dekat, yakni Theo, Atuy, Jeffrey, dan Johnny. Keempatnya selalu mendukung Dikta dalam kondisi apapun, bahkan dengan senang hati meluangkan waktu secara bergantian untuk menemani Dikta selama proses cuci darah. Mereka juga bersedia membantu Nadhira dalam ujiannya ketika Dikta sedang dalam kondisi drop dan tidak mampu menemani Nadhira.

Bahkan setelah akhir hayatnya, Theo, Atuy, Jeffrey dan Johnny memenuhi wasiat Dikta yang meminta mereka untuk menjaga Nadhira. Ini membuktikan pada kita semua bahwa persahabatan sejati itu ada dan akan selalu mendukungmu dalam keadaan apapun, juga seburuk apapun.

5. Menerima dan Menghargai Perbedaan dalam Hubungan

Dikta dan Nadhira memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Dikta digambarkan sebagai sosok yang pendiam, rasional, dan fokus pada tujuannya, sedangkan Nadhira digambarkan sebagai sosok yang ceria, ekspresif, dan mudah terbawa perasaan. Perbedaan ini terkadang menimbulkan perselisihan di antara mereka.

Namun, seiring berjalannya waktu, mereka belajar untuk menerima dan menghargai perbedaan satu sama lain. Novel ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam sebuah hubungan bukan halangan untuk saling mencintai dan memahami, tetapi justru dapat memperkaya hubungan tersebut.

Setelah membaca artikel ini, kamu mungkin menjadi berminat untuk membaca langsung novel Dikta dan Hukum. Kamu akan menemukan lebih banyak pesan tersirat maupun tersurat dari novel tersebut. Jangan lupa untuk menandainya atau mencatatnya, ya! Kamu akan sangat terbantu untuk menjalani kehidupanmu dari pelajaran-pelajaran berharga yang novel Dikta dan Hukum berikan padamu!

Duwi Puspitasari