Berguru kepada orang-orang bijak dapat membantu kita menemukan hikmah atau kebijaksanaan hidup. Orang-orang bijak yang saya maksudkan di sini adalah mereka yang memiliki keilmuan yang mumpuni, baik itu keilmuan agama maupun keilmuan umum.
Tokoh ulama atau kiai misalnya. Kita bisa belajar dari mereka tentang banyak hal, khususnya nasihat atau petuah bijak yang dapat membuat kita lebih termotivasi untuk meningkatkan amal-amal kebaikan.
Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid adalah salah satu tokoh ulama sekaligus budayawan yang sangat layak untuk kita gali kebijaksanaan-kebijaksanaan petuahnya. Meskipun sosoknya telah tiada, akan tetapi ada begitu banyak nasihat, ungkapan, hingga celotehan beliau yang layak untuk kita pelajari, renungi, dan teladani.
Ada begitu banyak celotehan Gus Dur yang dirangkum dalam buku berjudul ‘Celoteh Gus Dur’ (222 Ujaran Bijak Sang Guru Bangsa) terbitan Elex Media Komputindo (Jakarta) ini. Di antara celotehan yang patut menjadi renungan bersama misalnya terkait pentingnya kita menghormati dan memuliakan manusia.
Menurut Gus Dur, “Memuliakan manusia, berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya”.
Kata-kata tersebut memang sepintas sangat singkat namun memiliki makna yang sangat luas dan mendalam. Yang pada intinya, kita memang harus memuliakan sesama, siapa pun dia, tanpa pandang derajat, pangkat, dan sebagainya. Memuliakan sesama makhluk Tuhan itu sama artinya dengan memuliakan sang pencipta makhluk yakni Allah Swt.
Bagaimana cara kita memuliakan sesama? Pertanyaan semacam ini mungkin munculdi benak kita. Tentu saja banyak ragamnya. Misalnya, dengan menghormati perbedaan yang muncul, bersikap ramah, tidak gemar menghujat atau menghakimi mereka yang berseberangan pendapat atau keyakinan dengan kita, dan sebagainya.
Ada sebuah hal yang patut kita renungi bersama, bahwa dalam hal berbuat kebaikan, kita tidak boleh pandang bulu atau pilih kasih. Berbuat baiklah kepada siapa saja, meskipun terhadap orang yang berbeda keyakinan (agama) dengan kita.
Terkait hal ini, Gus Dur pernah menjelaskan, “Tidak penting apa agama dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua manusia, maka orang tidak pernah tanya apa agamamu,” (hlm. 5).
Sangat menarik membaca buku kumpulan ujaran atau petuah bijak Gus Dur yang disunting oleh Ahmad Nurcholish. Mudah-mudahan kita dapat menemukan hikmah dan kebijaksaan hidup usai membaca buku ini.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
-
Ulasan Buku Sabar tanpa Batas, Memaknai Hidup dengan Bijaksana
-
Ulasan Buku Hati Tak Bertangga, Rahasia Hidup Tenang dan Bahagia
-
Ulasan Buku Leader for Life, Setiap Orang Bisa Menjadi Pemimpin
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 'Seseorang di Kaca', Refleksi Perasaan terhadap Orang Terkasih
-
Heboh Beredar Buku Gibran The Next President, Effendi Gazali: Waktunya Terburu-buru, Harusnya Sabar Saja
-
Resensi Novel Lari dari Pesantren: Sebuah Renungan dari Kisah Dua Santri
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
-
Ulasan Novel Hujan Karya Tere Liye: Menemukan Harapan di Tengah Kesedihan
Ulasan
-
4 Toko Kain Lokal Terbaik, Temukan Kain Impianmu di Sini!
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
-
Ulasan Film Raatchasan: Mengungkap Pelaku Pembunuh Berantai Para Remaja
-
Ulasan Buku 'Seseorang di Kaca', Refleksi Perasaan terhadap Orang Terkasih
-
Resensi Novel Lari dari Pesantren: Sebuah Renungan dari Kisah Dua Santri
Terkini
-
Sambut Hari Anak Sedunia PBB, Doyoung NCT Donasi Rp1,1 Miliar ke UNICEF
-
3 Film Korea yang Dibintangi Song Kang Ho, Ada Sporty hingga Mendebarkan
-
Indonesia dan Lunturnya Budaya Malu, dari "Jam Karet" hingga Korupsi
-
4 Tips OOTD Rok ala Zara Adhisty yang Girly Abis, Cocok Buat Hangout!
-
TVXQ Resmi Merilis Album Perayaan Debut 20 Tahun di Jepang Bertajuk 'Zone'